Manusia dan Keindahan
1.     
Pengertian
keindahan
Keindahan
berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, dan molek. Benda yang
mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan Tuhan.
Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, dimana, dan siapa
saja dapat menikmati keindahan. Keindahan identik dengan kebenaran. Keduanya
mempunyai nilai yang sama; abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu
bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan
bersifat universal.
Sejak
abad ke-18 pun pengertian keindahan ini telah digumuli oleh para filsuf.
Keindahan dapat dibedakan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah
benda tertentu yang indah. Menurut luasnya keindahan dibedakan atas tiga
pengertian, yakni keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni dan dalam
arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan. Keindahan dalam arti luas
mengandung ide kebaikan, watak, hukum, pikiran, dan pendapat. Keindahan dalam
arti estetik disebutnya “symetria”, jadi pengertian keindahan yang
seluas-luasnya meliputi: keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.
Nilai
estetik berarti nilai kebenaran (worth) atau kebaikan (goodness). Nilai estetik
sesuatu adalah semata-mata realita psikologik yang harus dibedakan secara tegas
dari kegunaan, karena terdapat pada jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu
sendiri. Nilai ini ada yang obyektif. Ada lagi nilai perseorangan dengan nilai
kemasyarakatan. Penggolongan yang lebih penting ialah nilai ekstrinsik dan
nilai instrinsik. Nilai ekstrinsik dipandang dari bendanya, sedangkan nilai
intrinsik dari isinya.
Ciri-ciri
keindahan menyangkut kualitas hakiki dari segala benda yang mengandung kesatuan
(unity), keseimbangan (balance), keselarasan (harmoni), kesetangkupan
(symmetry), dan pertentangan (contrast). Dari ciri-ciri itu diambil kesimpulan,
bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan pertentangan dari garis, warna,
bentuk, nada, dan kata-kata. Definisi keindahan sangat luas, karena itu dalam
estetika modern orang lebih suka berbicara tentang seni dan estetika, karena
hal itu merupakan gejala konkrit yang dapat ditelaah dengan pengalaman secara
empiric dan penguraian sistematik.
2.     
Makna
keindahan
Sekedar
penguat konstatasi di atas, baik juga dilihat beberapa persepsi tentang
keindahan berikut ini:
1.
Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat
(Tolstoy)
2.
Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari
bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain/ dengan keseluruhan itu
sendiri atau beauty is an order of parts in their manual relations and in their
relation to the whole (Baumgarten)
3.
Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan itu belum indah.
Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral
tidak bias dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral
(Sulzer)
4.  Keindahan dapat terlepasnsama sekali dari
kebaikan (Winchelmann)
5.  Yang indah yang memiliki proporsi yang
harmonis. Karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahanitu dapat
disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah
yang baik (Shaftesbury)
6.  Keindahan adalah sesuatu yang dapat
mendatangkan rasa senang (Hume)
7.  Yang indah adalah yang paling banyak
mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya
paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis)
8.  Keindahan itu bias dilihat dari dua segi,
yaitu segi yang subyektif, dan obuektif. Dari segi  subyektif keindahan dikatakan sebagai sesuatu
yang tanpa harus direnungkan ataupun disangkut-pautkan dengan kegunaan praktis
sudah bias mendapatkan rasa senang pada diri penghayat; sebagai keserasian yang
dikandung obyek sejauh obyek tersebut tidak ditinjau dari segi gunanya.
Pengelompokan
yang bias kita buat sebagai berikut:
1.  Pengelompokan pengertian keindahan berdasar
pada titik pijak atau landasannya
Dalam
hal ini ada dua pengertian keindahan, Yang pertama, yaitu keindahan yang
obyektif adalah keindahan yang memang ada pada obyeknya sementara kita sebagai
pengamat harus menerima sebagaimana mestinya. Sedang yang kedua, yang disebut
keindahan subyektif; adalah keindahan yang biasanya ditinjau dar segi subyek
yang melihat dan menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala
sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri sipenikmat dan penghayat
(subyek) tanpa dicampuri keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan
pribadi si penghayat.
2.  Pengelompokan pengertian keindahan dengan
berdasar pada cakupannya.
Bertitik
tolak dari landasan ini kita bias membedakan antara keindahan sebagai kualitas
abstrak dan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang memang indah.
Perbedaan semacam ini lebih tampak, misalnya dalam penggunaan bahasa inggris
yang mengenalnya istilah beauty untuk keindahan yang pertama, dan istilah The
Beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu benda atau hal-hal tertentu yang
memang indah.
3. Pengelompokan
pengertian keindahan berdasar luas sempitnya. 
pengelopokan
ini kita bias membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam
arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas,
menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Untuk ini bisa
dilihat misalnya dari pemikiran Plato, yang menyebut adanya watak yang indah
dan hokum yang indah; Aristoteles yang melihat keindahan sebagai ssesuatu yang
baik dan juga menyenangkan; Plotinus yang berbicara tentang ilmu yang indah dan
kebajikan yang indah atau bias juga disimak dari apa yang biasa dibicarakan
oleh orang-orang Yunani Kuna tentang buah pikiran yang indah. Secara demikian,
keindahan dalam arti luas ini mencakup baik keindahan, seni, alam, moral, atau
bahkan intelektual.
 3.  Renungan   
Renungan
berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan
sesuatu/memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.
Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain
berbeda, meskipun obyek yang direnungkan sama, lebih pula apabila obyek
renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkan itu bergantung kepada obyek dan
subyek. 
Penalaran
adalah proses berpikir yang logic dan analitik. Berpikir merupakan kegiatan
untuk menyusun pengertahuan yang benar. Berpikir logik menunjuk pola berpikir
secra luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logic ditinjau dar suatu logika
tertentu. Maka ada kemungkinan suatu pemikiran yang logic akan menjadi tidak
logic bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Analisis adalah kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu, sehingga pengetahuan yang
diperoleh disebut pengetahuan tidak langsung.
Pemikiran
kefilsafatan mempunyai tiga macam cirri, yaitu:
1.
Menyeluruh artinya pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut
pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara
ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral seni dan
tujuan hidup.
2.
Mendasar artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (ke
luar gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap bidang
keilmuan.
3.
Spekulatif artinya hasil pemikiran yang di dapat dijadikan dasar untuk
pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudnkan sebagai dasar
untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
Metafisika
adalah cabang filsafat yang paling umum, mendasar dan kritik spekulatif.
4.     
Keserasian
Keserasian
berasal dari kata serasi, serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai,
atau benar. Kata cocok sesuai atau mengandung unsure pengertian perpaduan,
ukuran dan seimbang. Perpaduan misalnya orang berpakaian antara kulit dan
warnanya yang dipakai cocok. Sebaliknya orang hitam memakai warna hijau, tentu
makin hitam. Warna hijau pantas dipakai orang berkulit kuning. Keindahan pada
dasarnya adalah sejumlah kualita/pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal;
kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan
(harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan pertentangan
(contrast).
Keserasian
identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak
serasi tidak indah. Kerena itu sebagian ahli piker sependapat, bahwa keindahan
ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita
yang paling sering disebut kesatuan (unity), keselarasan (harmony),
kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance). Dan pertentangan (contrast).
5.     
Kehalusan
Kehalusan
berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik
(budi bahasa), dan beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus,
kesopananatau keadaban. Halus bagi manusia itu sendiri ialah berupa sikap,
yakni sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut dalam menghadapi orang.
Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam roman muka, dan lembut dalam
sikap anggota badan lainnya. Halus itu berarti suatu sikap manusia dalam
pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas.
Sikap
halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap
sesama. Sebab itu orang yang melakukan sikap halus atau lembut biasanya suka
memperhatikan kepentingan orang lain, dan suka menolong orang lain. Sikap
lembut merupakan bentuk perwujudan pula dari sifat-sifat ramah, sopan, dan
sederhana dalam pergaulan.
Sikap halus juga dimiliki orang yang bersikap
rendah hati. Karena orang yang bersikap rendah hati orang yang halus tutur
bahasanya, sopan tingkah lakunya, tidak sombong, dan tidak membedakan pangkat
dan derajat dalam pergaulan. Kehalusan atau kelembutan atau sebaliknya
kekasaran itu yang menilai orang lain, orang yang dihadapi atau orang yang
menyaksikan. Sudah tentu yang dinilai gerak laku, roman muka, dan tutur bahasanya.
Anggota badan yang melahirkan sikap kehalusan itu ialah kaki, tangan, kepala,
mulut, bibir, mata, dan bahu. Selain itu roman muka, perkataan, pemilihan kata,
penyusunan kalimat dan irama bahasa juga dapat dinilai halus dan tidaknya.
Bagian rohaniah yang melahirkan sikap ialah: kemauan, perasaan, dan pikiran
atau karsa, rasa, dan cipta. Tiga unsur rohaniah ini saling berkaitan,
memengaruhi, dan mewujudkan tingkah laku, tutur bahasa, perbuatan yang semuanya
itu dapat dinilai kehalusan atau kekasarannya.
Prinsip-prinsip
hidup kekeluargaan harus didasarkan kepada cinta kasih, keadilan, kejujuran,
setia atau loyal, tertib, disiplin, berkorban, dan bagi orang tua perlu adanya
satu komando dan kesatuan sikap. Pergaulan yang didasarkan pada prinsip itu
tentu akan melahirkan kehalusan dalam pergaulan.
6.     
Manusia
dan Keindahan 
Akal
dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dimiliki oleh makhluk lain. Oleh akan
dan budi manusia memilik kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja
berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari
sumber yang berbeda. Keindahan yang bersifat jasmani dimaksudkan ialah
keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” bati manusia.
Keindahan
subyektif sangat bergantung kepada selera perorangan, karena memang sangat
relative. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi bagi masing-masing
individu. Jadi sangat relative, artinya sebuah benda sangat bermanfaat bagi
seseorang, namun bagi orang lain tidak berguna, bahkan mungkin sangat tidak
disenangi.
Sumber: Buku Ilmu Budaya Dasar
Drs. Djoko Widagdho, Dkk