Rabu, 11 November 2015

Bab 3. Manusia dan Kesusasteraan

BAB 3
Manusia dan Kesusasteraan

A.    Pendekatan Kesusasteraan

Sastra berasal dari kata castra yang berarti tulisan. Dari makna asalnya sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, dan undang-undang. Sastra dalam arti khusus yang kita guakan dalam konteks kebudayaan adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Ilmu budaya dasar yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa inggris The Humanities. Istilah berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Sastra lebih mudah berkomunikasi karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat yang juga menggunakan bahasa adalah abstraksi

B.     Pengertian Sastra Menurut Para Ahli
1.      Mursal Esten (1978:9)
Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. Melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
2.      Semi (1988:8)
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahsa sebagai mediumnya
3.      Panuti Sudjiman (1986:68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai cirri keunggulan seperti keorisinilan, keartisikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya
4.      Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.

C.     Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa
Istilah prosa banyak pandangannya. Terkadang disebut narrative fiction, prose fiction atau fiction saja. Istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
Dalam kesusasteraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
Prosa lama meliputi:
1.      Dongeng
2.      Hikayat
3.      Sejarah
4.      Epos
5.      Cerita pelipur lara
Prosa baru meliputi:
1.      Cerpen
2.      Novel
3.      Biografi
4.      Kisah
5.      Otobiografi
  
D.     Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:
1.      Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri peristiwa tersebut. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses
2.      Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan dating atau kehidupan yang asing sama sekali
3.      Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dan warisan budaya bangsa
4.      Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.

Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua:
1.      Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki zamannya. Kebanyakan karya sastra Indonesia di zaman jepang yang dikelompokkan ke dalam kelompok ini.
2.      Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.

E.     Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan tuhan melalui media bahasa yang artisik/estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya. Kepuitisan, keartisikan atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
1.      Figura bahasa seperti gaya personifikasi (penjelmaan), metafora (kiasan), perbandingan, alegori (kiasaan), sehingga puisi menjadi segar dan menarik
2.      Kata-kata yang ambiguitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda
3.      Kata-kata yang berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup
4.      Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu
5.      Pengulangan

Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan ilmu budaya dasar adalah sebagai berikut:
1.      Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
2.      Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual
Dengan membaca puisi, mahasiswa dapat diajak untuk menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang
3.      Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Secara imajinatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang berupa:
1.      Penderitaan atas ketidakadilan
2.      Perjuangan untuk kekuasaan
3.      Konflik dengan sesamanya
4.      Pemberontakan kepada hukum tuhan

Puisi-puisi umumnya syarat akan nilai-nilai etika, estetika dan juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi-puisi adalah cinta kasih yang terdapat di dalamnya kasih sayang, cinta, kemesraan, dan renungan.        

Daftar Pustaka:
1.      Widoyo Nugroho, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta. 1996
2.      Supartono W, Ilmu Budaya Dasar, Jakata. 2004

Tidak ada komentar:

Posting Komentar