BAB 4
Manusia Dan Cinta Kasih
1.
Hakikat
Cinta Kasih
Cinta adalah salah satu kebutuhan hidup
manusia yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya sampai membawa Victor
Hago, seorang pujangga terkenal kepada satu kesimpulan: bahwa mati tanpa cinta
sama halnya dengan mati dengan penuh dosa. Cinta bias dikatakan sebagai paduan
rasa simpati antara dua makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya berkembang di
antara pria dan wanita, tetapi bisa di antara pria dengan pria atau wanita
dengan wanita. Contoh hubungan cinta kasih antara seorang ayah dengan anak
laki-lakinya, atau seorang ibu dengan anak gadisnya.
Yang pertama, banyak orang melihat masalah cinta
pertama-tama masalah dicintai dan bukan masalah mencintai yaitu masalah
kemampuan orang untuk mencintai. Pendapat semacam ini akan mendorong manusia
untuk selalu mempermasalahkan bagaimana supaya ia dicintai, atau supaya ia
menarik orang lain. Untuk mengejar tujuan ini umumnya orang menempuh beberapa
jalan. Yang laki-laki biasanya akan berusaha untuk menjadi orang sukse,
berkuasa dan kaya sejauh dimungkinkan oleh batas kedudukan sosialnya, sementara
yang wanita biasanya berusaha membuat dirinya lebih menarik, lebih cantik.
Selain itu dengan memupuk tingkah lakuyang menyenangkan, meyuguhkan tutur kata
yang menarik, suka menolong, sopan, da tindakan-tindakan lain yang tidak
mengganggu orang lain.
Yang
kedua, bahwa tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta, satu dugaan bahwa
masalah cinta adalah masalah objek, dan bukan masalah bakat. Dugaan semacam ini
mendorong orang untuk selalu berpikir, bahwa mencintai orang lainadalah soal
yang sederhana, akan tetapi yang sulit justru mencari objek yang tepat untuk
mencintai atau untuk dicintai. Cinta bukanlah terutama merupakan pengalaman
pribadi yang spontan yang kemudian mengarah kepada perkawinan. Namu sebaliknya
perkawinan diatur oleh adat, keluarga-keluarga terpandang, perantara perjodohan,
atau tanpa pertolongan semacam itu. Perkawinan ditentukan atas dasar
pertimbangan sosial, dan cinta dianggap berkembang sesudah perkawinan
dilangsungkan.
Yang
ketiga, bahwa tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta, terletak pada
percampuradukan antara pengalaman pertama jatuh cinta. Jika dua orang yang
dahulunya orang asing tiba-tiba meruntuhkan tembok di antara mereka, dan mereka
merasa dekat atau merasa satu, maka momen inilah dari pengalaman yang paling
menyenangkan dalam kehidupannya. Kenyataan seperti itu dirasakan benar-benar
menakjubkan bagi pribadi yang bersangkutan, yang sebelumnya tertutup dan
terisolasi tanpa cinta. Mukjizat keintiman yang tiba-tiba sering dipermudah
jika dipadukan dengan daya tarik seksual dan pemuasnya. Akan tetapi sekedar
tahu bahwa tipe yang terakhir ini umumnya tidak berlangsung lama. Cinta
itu terutama terletak pada aspek member
dan bukan menerima.
2.
Cinta
Kaih Dalam Berbagai Dimensi
Tegasnya,
yang namanya cinta tidak sekedar pertautan antara unsur-unsur yang telah
disebutkan, tetapi mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti
kasih sayang, kemesraan, belas kasih, ataupun dengan aktivitas pemujaan. Kasih
sayang bias diartikan sebagai perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan
suka kepada seseorang. Perhatian itu pada dasarnya merupakan salah satu unsur
dasar dari cinta kasih. Perhatian tersebut bias saja datang dari orang tua,
saudara, suami, istri, kawan, atau kelompok orang yang lebih luas lagi. Dalam
kasih sayang, masing-masing dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran,
saling percaya, saling pengertian, dan saling terbuka. Apabila salah satu unsur
diatas hilang, boleh jadi akan retaklah keutuhan rumah tangga tersebut.
3.
Kasih
Sayang
Ada berbagai macam bentuk kasih sayang, bentuk
itu sesuai dengan kondisi penyayang dan yang disayangi. Kasih sayang ini
merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila
diakhiri dengan perkawinan, maka di dalam berumah tangga keluarga muda itu
bukan lagi bercinta-cinta, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling
menumpahkan kasih sayang. Kasih sayang dialami oleh setiap manusi, karena kasih
sayang merupakan bagian hidup manusia. Sejak lahir anak telah mengenal kasih
sayang, meskipun ada pula kelahiran anak tidak diharapkan, namun hal itu
termasuk kekecualian. Kelahiran anak yang tidak diharapkan, umumnya bukan lahir
karena hasil kasih sayang. Kasih sayng yang berlebihan cenderung merupakan
pemanjaan. Pemanjaan anak berakibat kurang baik, karena umumnya anak yang dimanjakan
menjadi anak yang sombong, pemboros, tidak shaleh, dan tidak menghormati orang
tua.
4.
Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata dasar “mesra” yang
artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan akrab baik antara
pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.
Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih yang telah mendalam. Di
dalam kehidupan manusia terdapat berbagai kasus kemesraan. Kemesraan dapat
membangkitkan daya kreativitas manusia untuk menciptakan atau menikmati seni
budaya, seni sastra, seni music, seni tari, dan seni lukis.
Filsuf rusia, Salovjev dalam bukunya “MAKNA
KASIH” mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara
serius, ia terlempar keluar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain”.
Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah
‘Romeo dan Juliet”. Bila di Indonesia kisah Rara Mendut Pranacitra.
Yose
Ortega Y. Gasset dalam novelnya “On Love” mengatakan “ di kedalaman sanubarinya seorang pecinta merasa dirinya
bersatu tanpa syarat dengan obyek cintanya. Persatuan bersifat kebersamaan yang
mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya.
Selanjutnya Yose mengatakan, bahwa si pecinta
tidaklah akan kehilangan pribadinya akan diperkaya, dan dibebaskan. Cinta yang
demikian merupakan pintu bagi seseorang untuk mengenal dirinya.
5.
Pemujaan
Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia
kepada Tuhan. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Hal ini, karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai,
dan makna kehidupan yang sebenarnya. Manusia cinta kepada tuhan, karena Tuhan
sungguh maha pengasih dan Maha Penyayang. Kecintaan manusia itu
dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan atau sembahyang.
A. Cara
pemujaan
Dalam
kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama,
kepercayaan, kondisi, dan situasi, sembahyang di rumah, di masjid, di gereja,
di pura, di candi bahkan di tempat-tempat yang dianggap keramat merupakan
perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan. Dalam kehidupan
sehari-hari orang menyatakan”Tuhan telah menggariskan”. Itu semua pertanda
orang mengakui kebesaran Tuhan. Oleh Karena itu, pemujaan-pemujaan itu
sebenarnya karena manusia ingin berkomunikas dengan Tuhannya. Hal itu berarti
manusia mohon ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan
kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala
kekurangan yang ada padanya.
B. Tempat
pemujaan
Masjid, gereja,
candi, pura merupakan tempat manusia berkomunikasi dengan Tuhannya. Di
tempat-tempat itu dianggap Tuhan “berada”, karena itu orang islam menamakan
masjid “rumah Allah”, maka wajarlah tempat_tempat itu dibuat sebagus mungkin,
sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan karena tempat itu dianggap suci,
maka tidaklah pantas dan tidak wajar bila tempat-tempat itu dipergunakan untuk
segala keperluan, kecuali keperluan untuk membesarkan nama Tuhan. Kebanggaan
adalah kepuasaan batinnya akan memaksimalkan cintanya, pengabdiaannya kepada
Tuhan apabila masyarakat berhasil membangun tempat memuja, tempat manusia
berkomunikasi dengan Tuhan atau yang dianggap Tuhan sebesar dan seindah
mungkin.
C. Berbagai
seni sebagai manifestasi pemujaan
Pengertian
kreativitas ialah mencipta. Pemujaan terhadap tuhan pada hakikatnya merupakan
manifestasi cinta kepada Tuhan. Cinta membangkitkan daya kreativitas,
pengertian daya kreativitas adalah mencipta, menemukan, berkarya, mencari
bentuk-bentuk yang dapat mewujudkan hubungan yang misterius. Dalam mencari
bentuk-bentuk ini pemujaan dapat berupa: sembahyang sebagai media berkomunikasi
membangun tempat beribadah yang sebaik dan seindah mungkin, mencipta lagu,
puisi, novel, dan film.
6.
Belas
Kasian
Dalam surat Yohanes dijelaskan ada 3 macam cinta.
Pertama, cinta agape ialah cinta manusia
kepada Tuhan yang diterangkan pada kegiatan belajar. Kedua, cinta philia ialah
cinta kepada orang tua dan saudara. Dan ketiga, cinta eros/amor ialah cinta
antara pria dan wanita. Bada antara cinta eros dan amor ini ialah cinta eros
karena kodrati sebagai laki-laki dan perempuan, sedangkan cinta amor karena
unsur-unsur yang yang sulit dinalar, misalnya gadis normal yang cantik
mencintai dan mau menikahi seorang pemuda yang kerdil. Di samping itu masih ada
cinta lagi yaitu cinta terhadap sesama. Cinta terhadap sesama merupakan
perpaduan antara cinta agepe dan cinta philia. Cinta terhadap sesame ini
diberikan istilah “belas kasihan” untuk membedakan antara cinta kepada orang
tua, pria wanita, cinta kepada Tuhan. Masih ada cinta lagi yaitu cinta kepada
bangsa dan tanah air, tetapi dalam hal selanjutnya hanya dibicarakan mengenai
cita kepada sesama
Dalam
cinta sesama ini dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta di sini bukan
karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaan.
Penderitaan ini mengandung arti yang luas. Mungkin tua , tua dan sakit-sakitan,
yatim piatu, dan penyakit yang dideritanya.
Dari
surat Al-Qalam ayat 4 maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain,
karena belas kasihan adalah perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang
berbudi sangat dipujikan oleh Allah SWT.
Perbuatan
atau sifat yang menaruh belas kasihan adalah orang yang berakhlak. Manusia
mempunyai potensi untuk berbelaskasihan. Misalnya sanggupkah ia menggugah
potensi belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinyamaka berarti orang
itu berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.
7.
Manusia
dan cinta kasih
“Hidup tanpa cinta itu kosong”. Cinta amat
penting dalam kehidupan manusia. Belumlah sempurna hidup seseorang jika di
dalam hidupnya tidak pernah dihampiri atau dihinggapi perasaan cinta. Karena
hidup manusia di dunia ini tidak hanya seorang diri, melainkan selalu
melibatkan pihak lain, dengan istilah “cinta” tersebut haruslah diartikan baik
“mencintai” maupun “dicintai” pihak lain yang dimaksud bukan hanya orang lain,
melainkan juga benda-benda atau makhluk lain.
Karena
cinta itulah kehidupan ini ada. Bukankah manusia melakukan sesuatu karena
dorongan perasaan cinta tersebut? Bukan hanya manusia, bahkan binatang-binatang
pun sesungguhnya berbuat sesuatu karena dorongan perasaan cinta. Hanya bedanya,
manusia berbuat karena kesadaran atau akalnya, sedangkan binatang karena
nalurinya. Pada hakikatnya cintalah yang terdapat pada asal mula dari hidup,
sekurang-kurangnya rasa cinta akan diri sendiri yang pernah dikatakan oleh
Prof. Dr. Louis Leahy SJ (Louis Leahy : 1984 )
Yang
pertama disebut cinta tanpa pamrih atau cinta sejati. Yang kedua disebut cinta
nafsu atau cinta pamrih. Oleh Prof. Dr. Louis Leahy SJ, cinta tanpa pamrih
disebut cinta kebaikan hati sedangkan cinta nafsu disebut cinta utilitaris atau
yang bermanfaat, artinya untuk kepentingan diri sendiri. Biasa disebut dengan
cinta karena ada udang di balik batu.
Perasaan antar sesama, hendaknya perasaan
cinta yang berangkat dari dasar rasa “tepa selira”. Dengan cara menempatkan
diri kita pada diri orang lain. Dengan demikian kita akan merasa satu dengan
orang yang kita cintai. Namun kesatuan yang terjadi bukanlah kesatuan yang
“simbolik”. Bukan kesatuan yang bergantung dan saling menguntungkan. Juga bukan
kesatuan yang bersifat “kepatuhan” kesatuan dalam cinta yang kita tumbuhkan
haruslah yang tetap menjamin kepribadian dan individualitas masing-masing.
Dalam cinta kasih atau cinta sejati tidak ada
kehendak untuk memiliki, atau menguasai. Yang ada hanyalah rasa solidaritas,
rasa senasibdan sepenanggungan dengan yang kita cintai dan tumbuh secara wajar
serta bersifat sukarela. Cinta kasih sejati sedikit pun tidak ada hubungannya
dengan kenikmatan atau keinginan ( Mary Lutyens 1969 ). Menurut Moh, Said cinta
kasih atau cinta sejati tidak menimbulkan kewajiban, melainkan tanggung jawab (
Moh. Said Reksohadiprodjo, 1976 )
Cinta kasih atau cinta sejati adalah rasa
cinta yang tulus dan tidak memerlukan atau menuntut balas. Ia lebih banyak
member daripada menerima.
Sumber: Buku Ilmu Budaya Dasar
Drs. Djoko Widagdho, dkk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar