Selasa, 17 November 2015

Bab 4. Manusia Dan Cinta Kasih

BAB 4
Manusia Dan Cinta Kasih


1.      Hakikat Cinta Kasih
      Cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya sampai membawa Victor Hago, seorang pujangga terkenal kepada satu kesimpulan: bahwa mati tanpa cinta sama halnya dengan mati dengan penuh dosa. Cinta bias dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya berkembang di antara pria dan wanita, tetapi bisa di antara pria dengan pria atau wanita dengan wanita. Contoh hubungan cinta kasih antara seorang ayah dengan anak laki-lakinya, atau seorang ibu dengan anak gadisnya.
Yang pertama, banyak orang melihat masalah cinta pertama-tama masalah dicintai dan bukan masalah mencintai yaitu masalah kemampuan orang untuk mencintai. Pendapat semacam ini akan mendorong manusia untuk selalu mempermasalahkan bagaimana supaya ia dicintai, atau supaya ia menarik orang lain. Untuk mengejar tujuan ini umumnya orang menempuh beberapa jalan. Yang laki-laki biasanya akan berusaha untuk menjadi orang sukse, berkuasa dan kaya sejauh dimungkinkan oleh batas kedudukan sosialnya, sementara yang wanita biasanya berusaha membuat dirinya lebih menarik, lebih cantik. Selain itu dengan memupuk tingkah lakuyang menyenangkan, meyuguhkan tutur kata yang menarik, suka menolong, sopan, da tindakan-tindakan lain yang tidak mengganggu orang lain.
Yang kedua, bahwa tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta, satu dugaan bahwa masalah cinta adalah masalah objek, dan bukan masalah bakat. Dugaan semacam ini mendorong orang untuk selalu berpikir, bahwa mencintai orang lainadalah soal yang sederhana, akan tetapi yang sulit justru mencari objek yang tepat untuk mencintai atau untuk dicintai. Cinta bukanlah terutama merupakan pengalaman pribadi yang spontan yang kemudian mengarah kepada perkawinan. Namu sebaliknya perkawinan diatur oleh adat, keluarga-keluarga terpandang, perantara perjodohan, atau tanpa pertolongan semacam itu. Perkawinan ditentukan atas dasar pertimbangan sosial, dan cinta dianggap berkembang sesudah perkawinan dilangsungkan.
Yang ketiga, bahwa tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta, terletak pada percampuradukan antara pengalaman pertama jatuh cinta. Jika dua orang yang dahulunya orang asing tiba-tiba meruntuhkan tembok di antara mereka, dan mereka merasa dekat atau merasa satu, maka momen inilah dari pengalaman yang paling menyenangkan dalam kehidupannya. Kenyataan seperti itu dirasakan benar-benar menakjubkan bagi pribadi yang bersangkutan, yang sebelumnya tertutup dan terisolasi tanpa cinta. Mukjizat keintiman yang tiba-tiba sering dipermudah jika dipadukan dengan daya tarik seksual dan pemuasnya. Akan tetapi sekedar tahu bahwa tipe yang terakhir ini umumnya tidak berlangsung lama. Cinta itu  terutama terletak pada aspek member dan bukan menerima.

2.      Cinta Kaih Dalam Berbagai Dimensi     
      Tegasnya, yang namanya cinta tidak sekedar pertautan antara unsur-unsur yang telah disebutkan, tetapi mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti kasih sayang, kemesraan, belas kasih, ataupun dengan aktivitas pemujaan. Kasih sayang bias diartikan sebagai perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada seseorang. Perhatian itu pada dasarnya merupakan salah satu unsur dasar dari cinta kasih. Perhatian tersebut bias saja datang dari orang tua, saudara, suami, istri, kawan, atau kelompok orang yang lebih luas lagi. Dalam kasih sayang, masing-masing dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, dan saling terbuka. Apabila salah satu unsur diatas hilang, boleh jadi akan retaklah keutuhan rumah tangga tersebut.

3.      Kasih Sayang
      Ada berbagai macam bentuk kasih sayang, bentuk itu sesuai dengan kondisi penyayang dan yang disayangi. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka di dalam berumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cinta, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang. Kasih sayang dialami oleh setiap manusi, karena kasih sayang merupakan bagian hidup manusia. Sejak lahir anak telah mengenal kasih sayang, meskipun ada pula kelahiran anak tidak diharapkan, namun hal itu termasuk kekecualian. Kelahiran anak yang tidak diharapkan, umumnya bukan lahir karena hasil kasih sayang. Kasih sayng yang berlebihan cenderung merupakan pemanjaan. Pemanjaan anak berakibat kurang baik, karena umumnya anak yang dimanjakan menjadi anak yang sombong, pemboros, tidak shaleh, dan tidak menghormati orang tua.
  
4.      Kemesraan
       Kemesraan berasal dari kata dasar “mesra” yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih yang telah mendalam. Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai kasus kemesraan. Kemesraan dapat membangkitkan daya kreativitas manusia untuk menciptakan atau menikmati seni budaya, seni sastra, seni music, seni tari, dan seni lukis.
       Filsuf rusia, Salovjev dalam bukunya “MAKNA KASIH” mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar keluar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain”. Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah ‘Romeo dan Juliet”. Bila di Indonesia kisah Rara Mendut Pranacitra.
Yose Ortega Y. Gasset dalam novelnya “On Love” mengatakan “ di kedalaman sanubarinya seorang pecinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan obyek cintanya. Persatuan bersifat kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya.
       Selanjutnya Yose mengatakan, bahwa si pecinta tidaklah akan kehilangan pribadinya akan diperkaya, dan dibebaskan. Cinta yang demikian merupakan pintu bagi seseorang untuk mengenal dirinya.

5.      Pemujaan
       Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini, karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai, dan makna kehidupan yang sebenarnya. Manusia cinta kepada tuhan, karena Tuhan sungguh maha pengasih dan Maha Penyayang. Kecintaan manusia itu dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan atau sembahyang.
A.    Cara pemujaan
Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi, dan situasi, sembahyang di rumah, di masjid, di gereja, di pura, di candi bahkan di tempat-tempat yang dianggap keramat merupakan perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari orang menyatakan”Tuhan telah menggariskan”. Itu semua pertanda orang mengakui kebesaran Tuhan. Oleh Karena itu, pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikas dengan Tuhannya. Hal itu berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala kekurangan yang ada padanya.
B.    Tempat pemujaan
Masjid, gereja, candi, pura merupakan tempat manusia berkomunikasi dengan Tuhannya. Di tempat-tempat itu dianggap Tuhan “berada”, karena itu orang islam menamakan masjid “rumah Allah”, maka wajarlah tempat_tempat itu dibuat sebagus mungkin, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan karena tempat itu dianggap suci, maka tidaklah pantas dan tidak wajar bila tempat-tempat itu dipergunakan untuk segala keperluan, kecuali keperluan untuk membesarkan nama Tuhan. Kebanggaan adalah kepuasaan batinnya akan memaksimalkan cintanya, pengabdiaannya kepada Tuhan apabila masyarakat berhasil membangun tempat memuja, tempat manusia berkomunikasi dengan Tuhan atau yang dianggap Tuhan sebesar dan seindah mungkin. 
C.    Berbagai seni sebagai manifestasi pemujaan
Pengertian kreativitas ialah mencipta. Pemujaan terhadap tuhan pada hakikatnya merupakan manifestasi cinta kepada Tuhan. Cinta membangkitkan daya kreativitas, pengertian daya kreativitas adalah mencipta, menemukan, berkarya, mencari bentuk-bentuk yang dapat mewujudkan hubungan yang misterius. Dalam mencari bentuk-bentuk ini pemujaan dapat berupa: sembahyang sebagai media berkomunikasi membangun tempat beribadah yang sebaik dan seindah mungkin, mencipta lagu, puisi, novel, dan film.

6.      Belas Kasian  
     Dalam surat Yohanes dijelaskan ada 3 macam cinta. Pertama, cinta agape ialah cinta  manusia kepada Tuhan yang diterangkan pada kegiatan belajar. Kedua, cinta philia ialah cinta kepada orang tua dan saudara. Dan ketiga, cinta eros/amor ialah cinta antara pria dan wanita. Bada antara cinta eros dan amor ini ialah cinta eros karena kodrati sebagai laki-laki dan perempuan, sedangkan cinta amor karena unsur-unsur yang yang sulit dinalar, misalnya gadis normal yang cantik mencintai dan mau menikahi seorang pemuda yang kerdil. Di samping itu masih ada cinta lagi yaitu cinta terhadap sesama. Cinta terhadap sesama merupakan perpaduan antara cinta agepe dan cinta philia. Cinta terhadap sesame ini diberikan istilah “belas kasihan” untuk membedakan antara cinta kepada orang tua, pria wanita, cinta kepada Tuhan. Masih ada cinta lagi yaitu cinta kepada bangsa dan tanah air, tetapi dalam hal selanjutnya hanya dibicarakan mengenai cita kepada sesama
      Dalam cinta sesama ini dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta di sini bukan karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaan. Penderitaan ini mengandung arti yang luas. Mungkin tua , tua dan sakit-sakitan, yatim piatu, dan penyakit yang dideritanya.
            Dari surat Al-Qalam ayat 4 maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain, karena belas kasihan adalah perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi sangat dipujikan oleh Allah SWT.
            Perbuatan atau sifat yang menaruh belas kasihan adalah orang yang berakhlak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelaskasihan. Misalnya sanggupkah ia menggugah potensi belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinyamaka berarti orang itu berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.

7.      Manusia dan cinta kasih
      “Hidup tanpa cinta itu kosong”. Cinta amat penting dalam kehidupan manusia. Belumlah sempurna hidup seseorang jika di dalam hidupnya tidak pernah dihampiri atau dihinggapi perasaan cinta. Karena hidup manusia di dunia ini tidak hanya seorang diri, melainkan selalu melibatkan pihak lain, dengan istilah “cinta” tersebut haruslah diartikan baik “mencintai” maupun “dicintai” pihak lain yang dimaksud bukan hanya orang lain, melainkan juga benda-benda atau makhluk lain.
Karena cinta itulah kehidupan ini ada. Bukankah manusia melakukan sesuatu karena dorongan perasaan cinta tersebut? Bukan hanya manusia, bahkan binatang-binatang pun sesungguhnya berbuat sesuatu karena dorongan perasaan cinta. Hanya bedanya, manusia berbuat karena kesadaran atau akalnya, sedangkan binatang karena nalurinya. Pada hakikatnya cintalah yang terdapat pada asal mula dari hidup, sekurang-kurangnya rasa cinta akan diri sendiri yang pernah dikatakan oleh Prof. Dr. Louis Leahy SJ (Louis Leahy : 1984 )
Yang pertama disebut cinta tanpa pamrih atau cinta sejati. Yang kedua disebut cinta nafsu atau cinta pamrih. Oleh Prof. Dr. Louis Leahy SJ, cinta tanpa pamrih disebut cinta kebaikan hati sedangkan cinta nafsu disebut cinta utilitaris atau yang bermanfaat, artinya untuk kepentingan diri sendiri. Biasa disebut dengan cinta karena ada udang di balik batu.
 Perasaan antar sesama, hendaknya perasaan cinta yang berangkat dari dasar rasa “tepa selira”. Dengan cara menempatkan diri kita pada diri orang lain. Dengan demikian kita akan merasa satu dengan orang yang kita cintai. Namun kesatuan yang terjadi bukanlah kesatuan yang “simbolik”. Bukan kesatuan yang bergantung dan saling menguntungkan. Juga bukan kesatuan yang bersifat “kepatuhan” kesatuan dalam cinta yang kita tumbuhkan haruslah yang tetap menjamin kepribadian dan individualitas masing-masing.
       Dalam cinta kasih atau cinta sejati tidak ada kehendak untuk memiliki, atau menguasai. Yang ada hanyalah rasa solidaritas, rasa senasibdan sepenanggungan dengan yang kita cintai dan tumbuh secara wajar serta bersifat sukarela. Cinta kasih sejati sedikit pun tidak ada hubungannya dengan kenikmatan atau keinginan ( Mary Lutyens 1969 ). Menurut Moh, Said cinta kasih atau cinta sejati tidak menimbulkan kewajiban, melainkan tanggung jawab ( Moh. Said Reksohadiprodjo, 1976 )
       Cinta kasih atau cinta sejati adalah rasa cinta yang tulus dan tidak memerlukan atau menuntut balas. Ia lebih banyak member daripada menerima.   

Sumber: Buku Ilmu Budaya Dasar
Drs. Djoko Widagdho, dkk. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar