Selasa, 29 Desember 2015

Bab 10. Manusia dan Kegelisahan

Manusia dan Kegelisahan

1.      Kegelisahan dan sumber-sumbernya
Kegelisahan di sini diartikan suatu kondisi dimana orang menghadapi halangan/rintangan dalam mengatasi rintangan tersebut. Pada hakekatnya kegelisahan menunjuk pada motivasi yang terhalang dan dalam keadaan tak terpuaskan. Banyak orang berpikir bahwa kegelisahan merupakan keadaan yang tak “diinginkan”. Tetapi para ahli jiwa berpikir bahwa kegelisahan merupakan kondisi hidup manusia/sebagai “kawan akrab” yang member stimulus kepada tingkah laku manusia. Kegelisahan yang tak terhindarkan disebabkan oleh kompleksitas manusia, lingkungan di mana ia tinggal, dan keterbatasan fisik dan jiwanya.

Kegelisahan dan kompleksitas manusia
Motif-motif perbuatan yang mendorong dan mengarahkan tingkah laku tidak timbul dan dapat mencapai pemuasaan dengan cara yang sederhana. Sebaliknya motif-motif itu terjadi dalam keadaan ruwet, bahkan kadang-kadang penuh kekacauan. Motif yang berbeda-beda bersaing satu sama yang lain, dan pemuasan terhadap motif pertama akan disusul dengan datangnya motif yang lain. Bertumpuknya pola-pola motif kehidupan manusia mengajarkan kepada manusia bahwa tidak semua motif dapat dipuaskan, tetapi ada juga yang memerlukan kesabaran untuk menundanya, dan bahkan bila perlu motif itu ditinggalkan. Bila tidak akan menghasilkan kegelisahan.

Kegelisahan dan kondisi lingkungan
Pemuasan yang menyeluruh pada suatu motif juga hampir tidak mungkin sebab tujuan motif itu hanya bisa dicapai menyeluruh jika sesuai dengan apa yang tersedia dilingkungan kita. Pada lingkungan tertentu makanan mungkin tak tersedia untuk memuaskan rasa lapar, karena orang itu tak mampu membelinya, atau kawan-kawan orang itu tidak memperhatikannya/mengaguminya yang dapat digunakan untuk memuaskan keinginannya akan status, keakraban, dan cinta. Hal di atas itu mengajarkan kepada kita bahwa beberapa motif lebih penting dari lainnya karena cukup sulit untuk dicapai/motif itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Dalam kehidupan kita perkara makan dan minum bukanlah perkara yang sulit, karena makanan dan minuman cukup tersedia pada kita walau ala kadarnya. Hal semacam di atas telah terlihat baik dalam studi naturalistic, maupun experimental. Pada sebuah studi yang dilakukan pada saat perang dunia ke II (Keys. Et. Al., 1950) sekelompok group sukarela berpartisipasi. Setelah percobaan berlangsung lama ternyata motif mereka hanya dipenuhi oleh mtif makanan. Misalnya pembicaraan dan mimpi-mimpi mereka hanya berisi topik makanan, bahkan hobby dan bacaan mereka hanya berkisar soal makanan. Motif-motif lain menjadi berkurang seperti sex, humor, kesetiakawanan sosial, dan sementara itu rasa mudah tersinggung, kecurigaan, dan ketidakharmonisan antara kawan meningkat.

Kegelisahan dan ketidakmampuan penyesuaian bertindak
Alasan ketiga terjadinya kegelisahan yang tak terelakkan ialah kenyataan bahwa pencapaian tujuan tergantung pada keefektifan dalam penyesuaian; hasil hanya dapat dicapai jika seseorang mempunyai kebiasaan yang sesuai untuk memanipulasi lingkungan. Manusia sangat sedikit sekali yang lahir dengan insting untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Manusia hanya berhasil jika ia mempergunakan reorganisasi pengalamannya dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Faktor inteligensi, fisik, dan pengalaman menyediakan kebiasaan bertindak sehingga manusia tidak dapat mencapai tujuannya. Kegelisahan manusia berasal dari tiga sumber ketidakmampuan mengatasi rintangan karena alas an fisik, ketidakmampuan mengatasi pembatasan yang dilakukan oleh orang lain, dan ketidakmampuan memuaskan motif-motif yang bertentangan. Ketiga sumber kegelisahan ini tidak mempunyai akibat yang sama pada setiap orang, tergantung pada usia, dan keadaan sosial, ekonomi, dan budaya. Sumber kegelisahan itu berpengaruh berbeda-beda dari setiap individu.

Keadaan fisik
Merupakan faktor yang utama sebagai kegelisahan manusia. Sejak bayi lahir ia selalu menghadapi kenyataan bahwa ia selalu terhalang keinginannya karena sebab-sebab fisik. Bayi tidak mempunyai koordinasi otot untuk mengatasi halangan fisik, alat pancaindera dan intelektualnya belum berkembang, bahkan ia tak dapat memperhitungkan jarak suatu obyek dan ia sendiri. Ia menjadi sangat tergantung pada orang lain. Pada masa dewasa ketidakmampuan fisik bukan merupakan sumber kegelisahan yang pokok, kecuali pada masa epidemi, banjir, gempa bumi, dan bencana lainnya. Dengan adanya kemajuan di bidang kedokteran, meteorology dan geofisika, kegelisahan yang ditimbulkan sumber ini dapat semakin dikurangi. Kegelisahan dan kekhawatiran yang ditimbulkan oleh sebab-sebab fisik tentu saja harus menghinggapi mereka yang mempunyai cacat fisik seperti kebutaan, kelumpuhan, dan ketulian. Pada masa tua keterbatasan fisik menjadi penyebab utama dari kegelisahan manusia. Kekuatan fisik, panca indera, potensi dari kapasitas intelektual mulai menurun  pada tahap-tahap tertentu, dan sekali lagi orang-orang usia lanjut harus menyesuaikan diri kembali dengan ketidakberdayaannya.

Lingkungan sosial
Sumber kegelisahan manusia ikut berubah sebagaimana pembangunan teknologi dan ilmu manusia itu sendiri. Manusia satu dengan lainnya selalu tergantung satu sama lain, sehingga jika orang satu dengan lainnya tidak dapat saling member seperti yang diharpakan maka hal ini akan menjadi sumber kegelisahan. Manusia akan membutuhkan orang laindalam hal status sosial, cinta kasih, dan rangsangan intelektual. Motif-motif sosial akan selalu berubah, padahal ketercapaiannya tergantung pada orang lain yang kadang-kadang menghalangi dengan berbagai hal dan motif.

Motif yang bertentangan
Sumber kegelisahan yang paling rumit ialah pertentangan antara dua motif/lebih. Hakikat dari konflik antar motif ini ialah bahwa seorang individu tak dapat mencapai tujuannya tanpa harus mengorbankan motif lainnya yang ia miliki. Kegelisahan ini merupakan kegelisahan yang sudah “built in” karena individu itu kecenderungan bertindaknya saling bertentangan sendiri. Konflik yang lebih sulit lagi ialah jika pemuasan terhadap salah satu motif malah menguatkan motif yang bertentangan. Pertentangan motif seperti ini akan menimbulkan kegelisahan dalam jangka waktu yang lama. Begitu ia ingin menekan keinginannya yang satu, maka makin kuatlah kehendak untuk mempertahankan keinginan yang tertekan itu. Konflik keinginan yang menimbulkan kegelisahan hidup manusia adalah hal yang tak terhindarkan, sebab manusia merupakan bentuk organisme yang dianugrahi dengan keinginan yang multikompleks. Di bawah ini akan diberikan ringkasan mengenai konflik-konflik yang terjadi pada manusia. Klasifikasi ini mula-mula dikemukakan oleh Kurt Lewin (1953). Menurut dia ada tiga tipe dasar konflik yaitu:
1.Approach-approach conflict
Konflik ini terjadi bila individu menghadapi dua motif yang sangat menarik. Sebagai contoh seorang anak mempunyai uang Rp. 50,00 ia pergi ke toko untuk membeli permen, ia akan bingung memilih bermacam-macam permen yang semuanya menarik seleranya. Tanda + adalah suatu kepuasan yang dapat dicapi, sedang anak panah menggambarkan motif orang itu, sedang manusia di tengah menggambarkan individu yang mengalami konflik.
2.Avoidance-avoidance conflict
Dalam konflik jenis ini individu dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak memberikan kepuasan baginya. Ia ingin menghindari keduanya, tetapi ia tak dapat menghindari yang satu tanpa tidak menghadapai yang lain. Konflik ini muncul karena 
   tekanan dari luar dan bukan berasal dari dalam. Jika konflik ini benar-benar tak  terhindarkan konflik ini akan benar-benar menjadi sumber kegelisahan yang berkepanjangan. Konflik semacam ini akan dihadapi oleh anak yang orang tuanya hidup berpisah. Jika ia diharapkan pilihan antara memilih ikut ibu/ayah, niscaya ia akan menghadapi pilihan yang sulit, ibarat menemukan buah simala kama.
3.Approach avoidance conflict
Konflik jenis ini disebabkan oleh pilihan yang tersedia mengandung dua hal bertentangan dengan keinginannya, tetapi sekaligus menyenangkannya. Tidak seperti jenis konflik sebelumnya, konflik terakhir ini cenderung menyebabkan kegelisahan yang berkepanjangan. Karena kepuasan dan ketidakpuasan ada dalam tawaran itu, dan orang tak dapat menunda suatu motif seperti dalam approach conflict maupun menghindarkan diri dari konflik seperti dalam avoidance-avoidance conflict, maka tindakan apapun yang ia lakukan akan menghasilkan kekecewaan dan kegelisahan. Seperti kata pepatah “Damned if you do and damned if you dot”

2.      Makna Kegelisahan   
Kegelisahan berasal dari kata gelisah. Gelisah artinya rasa tidak tentram di hati/merasa selalu khawatir, tidak dapat tenang (tidurnya), tidak sabar lagi (menanti), dan cemas. Kegelisahan ini, apabila cukup lama hinggap pada manusia, akan menyebabkan suatu gangguan penyakit. Kegelisahan yang cukup lama akan menghilangkan kemampuan untuk merasa bahagia. Kegelisahan mungkin akibat kebutuhan hidup yang meningkat, rasa individualisme dan egoism, persaingan dalam hidup, dan keadaan yang tidak stabil. Penyebab kegelisahan dapat pula dikatakan akibat mempunyai kemampuan untuk membaca dunia dan mengetahui misteri kehidupan. Kehidupan ini yang menyebabkan mereka menjadi gelisah. Mereka sendiri sering tidak tahu mengapa mereka gelisah, mereka hidupnya kosong dan tidak mempunyai arti. Orang yang tidak mempunyai dasar dalam menjalankan tugas (hidup), sering ditimpa kegelisahan. Kegelisahan yang demikian sifatnya abstrak sehingga disebut kegelisahan murni, yaitu merasa gelisah tanpa mengetahui kegelisahannya, seolah-olah tanpa sebab. Alasan mendasar mengapa manusia gelisah ialah karena manusia memiliki hati dan perasaan. Bentuk kegelisahannya berupa keterasingan, kesepian, dan ketidapastian. Perasaan-perasaan semacam ini silih berganti dengan kebahagiaan, kegembiraan dalam kehidupan manusia. Perasaan seseorang yang sedang gelisah, ialah hatinya tidak tentram, merasa khawatir, cemas, takut, dan jijik.
Perasaan cemas menurut Sigmund Freud ada tiga macam, yaitu:
1.Kecemasan obyektif: kegelisahan ini mirip dengan kegelisahan terapan, seperti anaknya yang belum pulang, dan orang tua sakit keras
2.Kecemasan neurotic (saraf): hal ini timbul akibat pengamatan tentang bahaya dari naluri. Contohnya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan, rasa takut yang irrasional semacam fobia, dan rasa gugup. Kecemasan ini dibagi dalam tiga macam, yakni:
A. Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri/takut akan idenya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego.
B.  Rasa takut irrasional/phobia. Rasa takut ini sudah menular, sehingga kadang-kadang tanpa alasan dan hanya karena pandangan saja, yang kemudian dilanjutkan dengan khayalan yang kuat dapat menimbulkan rasa takut.
C.  Rasa takut lain ialah rasa gugup, dan gagap
3.Kecemasan moral: hal ini muncul dari emosi diri sendiri sepertiperasan iri, dengki, dendam, hasud, marah, dan rendah diri.
Uraian mengenai penderitaan di sini dianalogikan dengan perasaan gelisah (kegelisahan hati) sebagai akibat kecemasan moral. Utuk mengatasi kegelisahan ini (dalam ajaran islam), manusia diperintahkan untuk meningkatkan iman, takwa, dan amal sholeh. Ada dua kecemasan moral, yakni:
A.  Sebab-sebab orang gelisah
Selanjutnya bila kita kaji, sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakikatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
B.  Usaha-usaha mengatasi kegelisahan
Mengenai mengatasi kegelisahan ini pertama-tama harus mulai dari diri kita sendiri, yaitu kita harus bersikap tenang. Dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, dan segala kesulitan dapat kita atasi. Dengan ketenangan ini orang yang mengancam kita mungkin akan mengurungkan niatnya.

 3.      Makna Keterasingan
 Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata itu adalah dari kata dasar asing. Kata asing  berarti sendiri, tidak dikenal orang sehingga kata terasing berarti, tersisihkan dari pergaulan,  terpisahkan dari yang lain/terpencil. Terasing/keterasingan adalah bagian hidup manusia.  Sebentar/lama orang pernah mengalami hidup dalam keterasingan, sudah tentu dengan sebab dan  kadar yang berbeda satu sama lain. Sebab-sebab keterasingan:
 1.Perbuatan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat. Perbuatan itu atara lain: mencuri, bersikap angkuh, sombong/kaku.
 2.Sikap rendah diri. Sikap yang sejenis dengan angkuh/sombong ialah sikap kaku, pemarah, dan suka berkelahi. Sikap seperti itu, sebab takut terjadi konflik batin/pun konflik fisik. Umumnya orang tidak senang akan konflik fisik karena hal itu merupakan perbuatan anak kecil. Menurut Alex Gunur adalah sikap kurang baik. Sikap ini menganggap dirinya selalu/tidak berharga, tidak laku, tidak mampu di hadapan orang lai, sehingga merasa dirinya lebih rendah dari orang lain. Sikap rendah diri itu ada sebabnya, yakni:
A. Keterasingan karena cacat fisik
Cacat fisik itu tidak perlu membuat hidup terasing karena itu kehendak Tuhan. Namun manusia lain jalan pikirannya. Merasa malu anak/cucunya yang cacat fisik, maka disingkirkan anak tersebut dari pergaulan ramai, hidup dalam keterasingan.
B.  Keterasingan karena sosial ekonomi
     Ekonomi kuat/lemah adalah anugerah Tuhan. Orang tidak boleh membanggakan  kekayaan. Tetapi orang tidak boleh pula merasa rendah dirikarena keadaan ekonomi yang sangat rendah. Namun di dalam kenyataan lain keadaannya. Orang-orang yang lemah ekonominya seringkali merasa rendah diri, akibat orang-orang yang kaya sering membanggakan kekayaannya, meskipun tidak sengaja.
C.  Keterasingan karena rendah pendidikan
Banyak juga orang yang merasa rendah diri karena pendidikannya, berakibat kurang dapat mengikuti jalan pikiran orang yang berpendidikan tinggi dan banyak pengalaman. Dalam pergaulan orang-orang yang berpendidikan rendah dan kurang pengalaman biasanya menyendiri, mengasingkan diri karena serba sulit menempatkan diri.
D. Keterasingan karena perbuatannya
Orang terpaksa hidup dalam keterasingan karena merasa malu, dunia rasanya sempit, bila nampak orang ingin mukanya ditutupi. Itu semua adalah akibat dari perbuatannya, yang tidak bisa diterima oleh masyarakat lingkungannya.

Usaha-usaha untuk mengatasi keterasingan
Keterasingan biasanya terjadi karena sikap sombong, angkuh, pemarah, kaku, tetapi juga karena rendah diri, perbuatan yang melanggar norma hukum. Pada hakikatnya sikap sombong, angkuh, kaku, rasa rendah diri orang takut kehilangan haknya. Untuk mengatasi keterasingan ini perlu kesadaran yang tinggi. Orang yang bersikap disadarkan, karena apa yang mereka lakukan dianggapnya sudah benar semua. Untuk meningkatkan harga dirinya, tentu ia harus banyak belajar dan bergaul. Pergaulan itu dilakukan sedikit demi sedikit dan terus meningkat. Sehingga akhirnya menjadi biasa.  

4.   Makna Kesepian                                                                                                              kesepian berasal dari kata sepi, artinya sunyi, lengang, tidak ramai, tidak ada orang/kendaraan, tidak banyak tamu, tidak banyak pembeli, dan tidak ada apa-apa.
      Sebab-sebab terjadinya kesepian
      Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Frustasi pun dapat mengakibatkan kesepian. Yang bersangkutan tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, dan tidak suka bergaul. Ia lebih senang hidup sendiri.bila kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian serupa tetapi sebenarnya tidak sama, tetapi ada hubungannya. Beda antara keduanya hanya terletak pada sebab akibat.
      Hidup kesepian akibat takut kehilangan hak nama baik
      Nama baik merupakan harapan setiap orang. Bahkan orang tak takut mati demi menjaga nama baik. Meskipun sudah berhati-hati menjaganya mungkin juga orang masih berbuat salah, sehingga cemar nama baiknya. Untuk ini seringkali bersangkutan terpaksa hidup mengasingkan diri, akibatnya kesepian.

5.   Makna Ketidakpastian                                                                                               ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya)/mendua, atau apa yang dipikirkan tidak searah, kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua adalah akibat pikirannya tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasianitu disebabkan oleh berbagai sebab, yang jelas pikirannya kacau. Sebab-sebab terjadinya ketidakpastian:
      1. Obsesi. Merupakan gejala neurose jiwa, yaitu adanya pikiran/perasaan tertentu yang terus- menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab-sebab tak diketahui oleh penderita.
      2. Phobia. Ialah rasa ketakutan yang tak terkendalikan, tidak normal, kepada suatu hal/kejadian, tanpa diketahui sebab-sebabnya. Orang yang dilanda ketakutan itu tak dapat berpikir, pikirannya tidak pasti, dan tidak menentu.
      3. Kompulsi. Ialah adanya keraguan yang sangat mengenai apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari untuk selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang serupa berulang kali.
      4.Histeria. ialah neurose jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, atau sugesti dari sikap orang lain.
      5. Delusi. Menunjukkan pikiran yang tidak beres, karena berdasarkan suatu keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat. Tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman. Delusi ini ada tiga macam, yakni:
          A. Delusi persekusi    : menganggap adanya keadaan yang jelek di sekitarnya
          B. Delusi keagungan  : mengangap dirinya orang penting dan besar. Orang seperti itu biasanya gila hormat. Menganggap orang di sekitarnya sebagai orang-rang tidak penting. Akhirnya semua orang menjauhi juga.
          C. Delusi melancholis : merasa dirinya bersalah, hina, dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyuten/dikenal dengan nama delirium tremens, hilangnya kesadaran dan menyebabkan otot-otot tak terkuasa lagi. Ia kehilangan ingatannya sama sekali, mengalami tensi tinggi dan mengingat sesuatu yang belum pernah dialami.
      6. Halusinasi. Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindera. Seperti para prewangan (medium) dapat digolongkan pada pengalaman halusinasi. Dengan sugesti diri orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk/pemakaian obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi orang-orang merasa mendapat tekanan terhadap dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya, ini nampak dalam perbuatan-perbuatan (penderita itu dapat menyadari perbuatannya itu, tetapi tidak dapat menahan rangsang khayalan sendiri)
      7. Keadaan emosi. Sikapnya dapat apatis/terlalu gembira dank arena itu dilepaskan di dalam gerakan-gerakan tari-tarian, nyanyian, ketawa/berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat. Gelisah, resah, suka mengeluh, tidak mau berbicara, diam seribu bahasa, termenung, menyendiri. Jells kepada kita orang yang demikian itu tidak mungkin dapat berpikir dengan tenang, dan dengan baik. Untuk mengatasi/untuk menghilangkan pikiran yang kacau itu perlu dicari penyebabnya, andaikata telah diketahui penyebabnya tetap masih sakit, penderita perlu diajak pergi/pergi sendiri ke psikolog.


Sumber : Buku ilmu budaya dasar. 
               Drs. Joko Tri Prasetya,dkk
   

              


Tidak ada komentar:

Posting Komentar