Rabu, 02 Desember 2015

Bab 6. Manusia dan Penderitaan

Manusia dan Penderitaan

1.      Makna Penderitaan
Penderitaan dari kata derita. Kata derita berasal dari kata bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung sesuatu yang tidak menyenangka. Penderitaan itu dapat lahir atau batin. Yang termasuk penderitaan antara lain keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, dan kepanasan.
Dalam surah Al-Balad ayat 4 dinyatakan “manusia ialah makhluk yang hidupnya penuh perjuangan”. Ayat tersebut diartikan bahwa manusia bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukkan alam, menghadapai masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa takwa kepada Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu dari pada-Nya, maka akibatnya manusia akan menderita. Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya. Penderitaan semacam itu ada dalam kehidupan sehari-hari. Baik dikota-kota maupun di desa, bila orang malas bekerja tentu ia akan menderita hidupnya.
Hampir semua karya besar dalam bidang seni dan filsafat lahir dari imajinasi penderitaan. Epos Ramayana dan mahabarata merupakan cerita yang penuh penderitaan. Dalam Ramayana, ksatria Rama telah dicalonkan sebagai pengganti ayahnya di Ayodya, maharaja Dasarata. Karena kedengkian istrinya, Kaikayi yang berputerakan Bharata, maka Rama harus menjalani pembuangan selama 13 tahun di hutan. Dalam pengembaraan di hutan dating cobaan. Seorang raksasa sang Dasamuka berhasil menculik istrinya, Sinta. Sinta dibawa pulang ke Alengka akan diperistrikannya. Betapa hebatnya penderitaan lahir batin suami istri yang dipisahkan oleh perbuatan amoral seorang raja raksasa ini.
Dengan susah payah, sengan persiapan yang memakan waktu cukup lama Rama berhasil merebutnya. Namun cobaan datang lagi, yaitu kesangsian rakyat akan kesucian Sinta, yang cukup lama ditahan musuh. Karena kesangsian tersebut, maka Sinta bersumpah apabila bumi terbelah dan menelan dirinya, itu pertanda bahwa dirinya suci. Bila tidak, ia ternoda. Kenyataannya bumi terbelah dan segera tertelangkup lagi setelah menelan Sita. Rama ditinggalkan dalam keadaan merana. Betapa hebatnya penderitaan yang dialami suami istri itu. Di lain pihak, kita dihadapkan kepada manusia yang bermoral, mempunya harga diri (Rama), bersikap tegas, berani karena benar, dan takut karena salah. Juga kita dihadapkan kepada jiwa wanita yang sangat setia dan berbakti kepada suami,berpendidikan teguh, percaya pada diri sendiri. Dalam epos Mahabrata pun dihadapkan kepada perbuatan manusia amoral, tamak, dengki, dan sombong. Mereka menginginkan kembalinya kerajaan Amarta yang dikuasai Pandawa, dan ingin mencelakakannya.
Dalam riwayat hidup Budha Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief pada dinding candi Borobudur kita melihat adanya penderitaan. Biarpun bentuk relief, namun hati kita pilu dan haru pada saat melihatnya. Seorang pangeran (Sidarta) yang meninggalkan istana yang bergemerlapan, masuk hutan menjadi Bhiksu dan makan dengan cara mengemis. Mengembara hutan yang penuh penderitaan dan tantangan.

2.      Makna Siksaan
Siksaan tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Setiap manusia pernah atau akan menjalani siksaan. Siksaan tak dapat dipisahkan dengan dosa. Siksaan yang berhubungan dengan dosa adalah siksaan di Hari Kiama, siksaan di neraka merupakan tugas para ahli agama untuk membicarakan. Sedang yang dibahas dalam modul ini hanya siksaan manusia yang dialami di dunia fana ini. Siksaan itu berupa penyakit, siksaan hati, dan siksaan badan oleh orang lain.
Siksaan manusia ini ternyata juga menimbulkan kreatifitas baik bagi yang pernah mengalami siksaan atau orang lain yang berjiwa seni yang menyaksikan baik langsung atau tak langsung. Hal itu terbukti dengan banyaknya tulisan baik berupa, berita, cerpen, ataupun novel yang mengisahkan siksaan orang. Bahkan siksaan itu banyak pula yang difilmkan. Dengan membaca hasil seni yang berupa siksaan kita dapat mengambil hikmahnya. Karena kita dapat menilai arti manusia, harga dikuasai nafsu setan, kesadisan, dan tidak mengenal perikemanusiaan.

3.      Makna Rasa Sakit
Segala macam rasa sakit atau penyakit yang diderita manusia tak dapat dipisahkan dari kehidupan, karena setiap orang mengalami rasa sakit atau penyakit. Bermacam rasa sakit yang diderita manusia. Sakit hati, sakit syaraf, dan sakit fisik. Setiap rasa sakit ada sebabnya, tetapi tidak semua rasa sakit atau penyakit mudah diketahui sebabnya. Rasa sakit atau penyakit dapat menimbukan daya kreatifitas manusia. Banyak hasil seni budaya seperti cerpen, novel, film, ataupun seni foto yang mengungkapkan berbagai rasa sakit.
Rasa sakit banyak hikmahnya, antara lain dapat mendekatkan diri penderita kepada Tuhan, dapat menimbulkan rasa kasihan terhadap penderita, dapat menimbulkan rasa keprihatinan manusia, rasa sosial, dan dermawan. Tiap rasa sakit atau penyakit ada obatnya. Hanya tergantung kepada penderita atau keluarga penderita, apa ada usaha atau tidak. Bagi yang berusaha sungguh-sungguh dengan disertai mendekatkan diri kepada Tuhan dan pasrah kepada-Nya, maka tuhan akan mengabulkan doa dan usahanya.

4.      Neraka
Neraka berhubungan erat dengan dosa dan identik dengan salah atau kesalahan. Orang salah mendapat hukuman. Hukuman identik dengan siksaan. Siksaan adalah rasa sakit dan rasa sakit adalah penderitaan. Pengertian neraka sering dihubungkan dengan kematian. Neraka sesudah mati dibahas oleh para agama. Penderitaan dalam hidup yang sering pula dikatakan “neraka dunia” dibicarakan dalam modul ini.
Banyak penderitaan yang dialami  orang di dunia. Karena hebatnya penderitaan itu tak ubahnya dengan :neraka” saja. Karena itu banyak orang mengatakan: si A itu hidupnya sebagai  di “neraka” saja. Neraka atau penderitaan yang hebat itu menimbulkan daya kreatifitas manusia. Banyak seniman yang menganggap penderitaan yang habit atau neraka sebagai budaya yang menggambarkan manusia di “neraka”. Selain itu banyak media massa yang mengkomunikasikan penderitaan yang hebat membuat pilu dan haru pembacanya, sehingga banyak orang yang mengulurkan tangan ingin meringankan baban penderitaan sesamanya. Karya budaya, tulisan dan penderitaan dapat mengubah sikap mental manusia.

5.      Beberapa Kasus Penderitaan
1. Kasus pertama
    Menyimak cerita pada kasus pertama tersebut orang dapat memperkirakan betapa hebat penderitaan ibu guru Aminah. Kecuali, orang dapat pula memperkirakan sebab-sebab seseorang menderita. Salah satu bentuk perwujudan letpan perasaan (emosi) akan penderitaan yang dirasakan terlalu berat. Sebab penderitaan yang pertama ialah ia terpaksa harus berpisah dengan orang yang dicintai, walaupun mungkin hanya untuk sementara. Sebab penderitaan yang kedua adalah adanya konflik antara cirri kepribadiannya dengan suasana lingkungan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yang telah dibinanya. Dari kasus pertama itu pula dapat diamati bahwa penderitaan yang berat yang tidak tertahankan lagi, dapat meletus berupa kemarhan dan tindakan yang eksplosif. Penderitaan yang tidak tertahankan lagi dapat mendorong timbulnya emosi yang dapat berakibat menutup pertimbangan-pertimbangan akal sehat.
2. Kasus kedua
    Dalam kasus kedua ini sekali lagi dapat disimak betapa berat penderitaan seseorang yang               terpaksa harus berpisah dengan orang yang dicintai. Jika penderitaan itu dirasakan begitu berat       dan sampai menimbulkan emosi keadaan ini dapat menyebabkan fungsi organ lain tidak dapat         bekerja dengan baik baik. Hal ini tampak pada saat Bibi Putrid an Putri sendiri berpelukan             sambil menangis tetapi tidak satu patah katapun yang dapat diucapkan
3. Kasus ketiga
    Dari kasus ketiga ini terlihat bahwa penderitaan dapat pula muncul akibat adanya konflik antara tuntutan social dengan kepentingan pribadi atau keluarganya, dan apabila penderitaan itu begitu kuat dapat menyebabkan munculnya suatu penyakit. Adanya rasa kekhawatiran yang terus menerus dapat mendoronglahirnya penyakit kecemasan (anxietas) yang ditunjukkan oleh gejala-gejala: sering sesak nafas, sering berkeringat, dan denyut nadi bejalan cepat. Memperhatikan interprestasi mengenai ketiga kasus tersebut di atas kiranya dapat ditarik kesimpulan sementara sbb:
1.  Penderitaan dapat dialami oleh setiap orang
2.  Penderitaan dapat muncul karena adanya konflik antara cirri-ciri kepribadian dengan kondisi  lingkungan yang tidak sesuai dengan harapannya, berpisah dengan sesuatu yang dicintai, dan adanya rasa ketakutan
3.  Penderitaan terjadi apabila manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (biologis, psikologis, dan sosial) mengalami hambatan
    4. Penderitaan yang dialami dan dirasakan terlalu berat dapat meningkatkan dan dapat                        mengganggu jiwa seseorang
5.  Penderitaan itu dapat dihilangkan

6.      Sumber Penderitaan
1. Hakikat Manusia
 Manusia pada hakikatnya adalah makhluk hidup yang memiliki kepribadian yang tersusun dari perpaduan dan saling hubungan dan pengaruh mempengaruhi antara unsur-unsur jasmani, dan rohani. Karena itu, penderitaan dapat pula terjadi pada tingkat jasmani maupun rohani. Di dalam jasmani manusia ada dua unsur yang selalu berhubungan, yaitu otak dan panca indera. Di dalam otak ada berbagai pusat kemampuan manusia. Panca indera merupakan alat/jendela/pintu tubuh manusia sehingga manusia mampu menerima/menangkap segala sesuatu yang berada di lingkungannya

7.      Upaya Menghindarkan Diri Dari Penderitaan
Kepribadian psikologis yang sehat dalam arti selalu berada dalam kondisi harmonis, stabil, dan sabar yang telah dibentuk sejak awal perkembangannya itu seharusnya tetap dibina sampai akhir hayatnya. Untuk dapat membina kondisi semacam itu diperlukan suatu pegangan/pedoman hidup. Filsafat jawa yang tersirat di dalam bait-bait dalam Kalatida menunjukkan cara-cara untuk mencapai kebahagiaan hidup jasmani dan rohani. Kalatida adalah karya sastra yang disusun oleh pujangga besar Ronggowarsito. Kalatida itu sebenarnya berisi lukisan kondisi sosial pada jamannya. Namun, demikian didalamnya tersirat ajaran-ajaran hidup/filsafat hidup manusia, khususnya manusia Jawa. Ajaran hidup/filsafat hidup itu khususnya dapat ditemukan pada bait-bait di bawah ini.

Keni kinarya darsana
Panglimbang ala lan becik
Sayekti akeh kewala
Lelakon kang dadi tamsil
Masalahing ngaurip
Wahanira tinemu
Temahan anarima
Mupus pepasthining takdir
Puluh-puluh anglakoni kaelokan

Sumber: Buku Ilmu Budaya Dasar
Drs.Joko Tri Prasetya, dkk






Tidak ada komentar:

Posting Komentar