Selasa, 24 November 2015

Bab 5. Manusia dan Keindahan

Manusia dan Keindahan

1.      Pengertian keindahan
Keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, dan molek. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, dimana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan. Keindahan identik dengan kebenaran. Keduanya mempunyai nilai yang sama; abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan bersifat universal.
Sejak abad ke-18 pun pengertian keindahan ini telah digumuli oleh para filsuf. Keindahan dapat dibedakan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Menurut luasnya keindahan dibedakan atas tiga pengertian, yakni keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni dan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan. Keindahan dalam arti luas mengandung ide kebaikan, watak, hukum, pikiran, dan pendapat. Keindahan dalam arti estetik disebutnya “symetria”, jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.
Nilai estetik berarti nilai kebenaran (worth) atau kebaikan (goodness). Nilai estetik sesuatu adalah semata-mata realita psikologik yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat pada jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai ini ada yang obyektif. Ada lagi nilai perseorangan dengan nilai kemasyarakatan. Penggolongan yang lebih penting ialah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik. Nilai ekstrinsik dipandang dari bendanya, sedangkan nilai intrinsik dari isinya.
Ciri-ciri keindahan menyangkut kualitas hakiki dari segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (harmoni), kesetangkupan (symmetry), dan pertentangan (contrast). Dari ciri-ciri itu diambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan pertentangan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Definisi keindahan sangat luas, karena itu dalam estetika modern orang lebih suka berbicara tentang seni dan estetika, karena hal itu merupakan gejala konkrit yang dapat ditelaah dengan pengalaman secara empiric dan penguraian sistematik.


2.      Makna keindahan
Sekedar penguat konstatasi di atas, baik juga dilihat beberapa persepsi tentang keindahan berikut ini:
1. Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy)
2. Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain/ dengan keseluruhan itu sendiri atau beauty is an order of parts in their manual relations and in their relation to the whole (Baumgarten)
3. Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan itu belum indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bias dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral (Sulzer)
4.  Keindahan dapat terlepasnsama sekali dari kebaikan (Winchelmann)
5.  Yang indah yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahanitu dapat disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah yang baik (Shaftesbury)
6.  Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume)
7.  Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis)
8.  Keindahan itu bias dilihat dari dua segi, yaitu segi yang subyektif, dan obuektif. Dari segi  subyektif keindahan dikatakan sebagai sesuatu yang tanpa harus direnungkan ataupun disangkut-pautkan dengan kegunaan praktis sudah bias mendapatkan rasa senang pada diri penghayat; sebagai keserasian yang dikandung obyek sejauh obyek tersebut tidak ditinjau dari segi gunanya.

Pengelompokan yang bias kita buat sebagai berikut:
1.  Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau landasannya
Dalam hal ini ada dua pengertian keindahan, Yang pertama, yaitu keindahan yang obyektif adalah keindahan yang memang ada pada obyeknya sementara kita sebagai pengamat harus menerima sebagaimana mestinya. Sedang yang kedua, yang disebut keindahan subyektif; adalah keindahan yang biasanya ditinjau dar segi subyek yang melihat dan menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri sipenikmat dan penghayat (subyek) tanpa dicampuri keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan pribadi si penghayat.
2.  Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasar pada cakupannya.
Bertitik tolak dari landasan ini kita bias membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang memang indah. Perbedaan semacam ini lebih tampak, misalnya dalam penggunaan bahasa inggris yang mengenalnya istilah beauty untuk keindahan yang pertama, dan istilah The Beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu benda atau hal-hal tertentu yang memang indah.
3. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas sempitnya.
pengelopokan ini kita bias membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari pemikiran Plato, yang menyebut adanya watak yang indah dan hokum yang indah; Aristoteles yang melihat keindahan sebagai ssesuatu yang baik dan juga menyenangkan; Plotinus yang berbicara tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah atau bias juga disimak dari apa yang biasa dibicarakan oleh orang-orang Yunani Kuna tentang buah pikiran yang indah. Secara demikian, keindahan dalam arti luas ini mencakup baik keindahan, seni, alam, moral, atau bahkan intelektual.

 3.  Renungan   
Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu/memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain berbeda, meskipun obyek yang direnungkan sama, lebih pula apabila obyek renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkan itu bergantung kepada obyek dan subyek.
Penalaran adalah proses berpikir yang logic dan analitik. Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengertahuan yang benar. Berpikir logik menunjuk pola berpikir secra luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logic ditinjau dar suatu logika tertentu. Maka ada kemungkinan suatu pemikiran yang logic akan menjadi tidak logic bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Analisis adalah kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu, sehingga pengetahuan yang diperoleh disebut pengetahuan tidak langsung.
Pemikiran kefilsafatan mempunyai tiga macam cirri, yaitu:
1. Menyeluruh artinya pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral seni dan tujuan hidup.
2. Mendasar artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (ke luar gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap bidang keilmuan.
3. Spekulatif artinya hasil pemikiran yang di dapat dijadikan dasar untuk pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudnkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
Metafisika adalah cabang filsafat yang paling umum, mendasar dan kritik spekulatif.

4.      Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi, serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai, atau benar. Kata cocok sesuai atau mengandung unsure pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang. Perpaduan misalnya orang berpakaian antara kulit dan warnanya yang dipakai cocok. Sebaliknya orang hitam memakai warna hijau, tentu makin hitam. Warna hijau pantas dipakai orang berkulit kuning. Keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita/pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal; kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast).
Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Kerena itu sebagian ahli piker sependapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang paling sering disebut kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance). Dan pertentangan (contrast).

5.      Kehalusan
Kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), dan beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopananatau keadaban. Halus bagi manusia itu sendiri ialah berupa sikap, yakni sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut dalam menghadapi orang. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam roman muka, dan lembut dalam sikap anggota badan lainnya. Halus itu berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas.
Sikap halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama. Sebab itu orang yang melakukan sikap halus atau lembut biasanya suka memperhatikan kepentingan orang lain, dan suka menolong orang lain. Sikap lembut merupakan bentuk perwujudan pula dari sifat-sifat ramah, sopan, dan sederhana dalam pergaulan.
Sikap halus juga dimiliki orang yang bersikap rendah hati. Karena orang yang bersikap rendah hati orang yang halus tutur bahasanya, sopan tingkah lakunya, tidak sombong, dan tidak membedakan pangkat dan derajat dalam pergaulan. Kehalusan atau kelembutan atau sebaliknya kekasaran itu yang menilai orang lain, orang yang dihadapi atau orang yang menyaksikan. Sudah tentu yang dinilai gerak laku, roman muka, dan tutur bahasanya. Anggota badan yang melahirkan sikap kehalusan itu ialah kaki, tangan, kepala, mulut, bibir, mata, dan bahu. Selain itu roman muka, perkataan, pemilihan kata, penyusunan kalimat dan irama bahasa juga dapat dinilai halus dan tidaknya. Bagian rohaniah yang melahirkan sikap ialah: kemauan, perasaan, dan pikiran atau karsa, rasa, dan cipta. Tiga unsur rohaniah ini saling berkaitan, memengaruhi, dan mewujudkan tingkah laku, tutur bahasa, perbuatan yang semuanya itu dapat dinilai kehalusan atau kekasarannya.
Prinsip-prinsip hidup kekeluargaan harus didasarkan kepada cinta kasih, keadilan, kejujuran, setia atau loyal, tertib, disiplin, berkorban, dan bagi orang tua perlu adanya satu komando dan kesatuan sikap. Pergaulan yang didasarkan pada prinsip itu tentu akan melahirkan kehalusan dalam pergaulan.

6.      Manusia dan Keindahan
Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dimiliki oleh makhluk lain. Oleh akan dan budi manusia memilik kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Keindahan yang bersifat jasmani dimaksudkan ialah keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” bati manusia.
Keindahan subyektif sangat bergantung kepada selera perorangan, karena memang sangat relative. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi bagi masing-masing individu. Jadi sangat relative, artinya sebuah benda sangat bermanfaat bagi seseorang, namun bagi orang lain tidak berguna, bahkan mungkin sangat tidak disenangi.
    
Sumber: Buku Ilmu Budaya Dasar
Drs. Djoko Widagdho, Dkk



Selasa, 17 November 2015

Bab 4. Manusia Dan Cinta Kasih

BAB 4
Manusia Dan Cinta Kasih


1.      Hakikat Cinta Kasih
      Cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu fundamentalnya sampai membawa Victor Hago, seorang pujangga terkenal kepada satu kesimpulan: bahwa mati tanpa cinta sama halnya dengan mati dengan penuh dosa. Cinta bias dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya berkembang di antara pria dan wanita, tetapi bisa di antara pria dengan pria atau wanita dengan wanita. Contoh hubungan cinta kasih antara seorang ayah dengan anak laki-lakinya, atau seorang ibu dengan anak gadisnya.
Yang pertama, banyak orang melihat masalah cinta pertama-tama masalah dicintai dan bukan masalah mencintai yaitu masalah kemampuan orang untuk mencintai. Pendapat semacam ini akan mendorong manusia untuk selalu mempermasalahkan bagaimana supaya ia dicintai, atau supaya ia menarik orang lain. Untuk mengejar tujuan ini umumnya orang menempuh beberapa jalan. Yang laki-laki biasanya akan berusaha untuk menjadi orang sukse, berkuasa dan kaya sejauh dimungkinkan oleh batas kedudukan sosialnya, sementara yang wanita biasanya berusaha membuat dirinya lebih menarik, lebih cantik. Selain itu dengan memupuk tingkah lakuyang menyenangkan, meyuguhkan tutur kata yang menarik, suka menolong, sopan, da tindakan-tindakan lain yang tidak mengganggu orang lain.
Yang kedua, bahwa tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta, satu dugaan bahwa masalah cinta adalah masalah objek, dan bukan masalah bakat. Dugaan semacam ini mendorong orang untuk selalu berpikir, bahwa mencintai orang lainadalah soal yang sederhana, akan tetapi yang sulit justru mencari objek yang tepat untuk mencintai atau untuk dicintai. Cinta bukanlah terutama merupakan pengalaman pribadi yang spontan yang kemudian mengarah kepada perkawinan. Namu sebaliknya perkawinan diatur oleh adat, keluarga-keluarga terpandang, perantara perjodohan, atau tanpa pertolongan semacam itu. Perkawinan ditentukan atas dasar pertimbangan sosial, dan cinta dianggap berkembang sesudah perkawinan dilangsungkan.
Yang ketiga, bahwa tidak ada yang harus dipelajari dalam hal cinta, terletak pada percampuradukan antara pengalaman pertama jatuh cinta. Jika dua orang yang dahulunya orang asing tiba-tiba meruntuhkan tembok di antara mereka, dan mereka merasa dekat atau merasa satu, maka momen inilah dari pengalaman yang paling menyenangkan dalam kehidupannya. Kenyataan seperti itu dirasakan benar-benar menakjubkan bagi pribadi yang bersangkutan, yang sebelumnya tertutup dan terisolasi tanpa cinta. Mukjizat keintiman yang tiba-tiba sering dipermudah jika dipadukan dengan daya tarik seksual dan pemuasnya. Akan tetapi sekedar tahu bahwa tipe yang terakhir ini umumnya tidak berlangsung lama. Cinta itu  terutama terletak pada aspek member dan bukan menerima.

2.      Cinta Kaih Dalam Berbagai Dimensi     
      Tegasnya, yang namanya cinta tidak sekedar pertautan antara unsur-unsur yang telah disebutkan, tetapi mempunyai hubungan pengertian dengan konstruk lain, seperti kasih sayang, kemesraan, belas kasih, ataupun dengan aktivitas pemujaan. Kasih sayang bias diartikan sebagai perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada seseorang. Perhatian itu pada dasarnya merupakan salah satu unsur dasar dari cinta kasih. Perhatian tersebut bias saja datang dari orang tua, saudara, suami, istri, kawan, atau kelompok orang yang lebih luas lagi. Dalam kasih sayang, masing-masing dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, dan saling terbuka. Apabila salah satu unsur diatas hilang, boleh jadi akan retaklah keutuhan rumah tangga tersebut.

3.      Kasih Sayang
      Ada berbagai macam bentuk kasih sayang, bentuk itu sesuai dengan kondisi penyayang dan yang disayangi. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka di dalam berumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cinta, tetapi sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang. Kasih sayang dialami oleh setiap manusi, karena kasih sayang merupakan bagian hidup manusia. Sejak lahir anak telah mengenal kasih sayang, meskipun ada pula kelahiran anak tidak diharapkan, namun hal itu termasuk kekecualian. Kelahiran anak yang tidak diharapkan, umumnya bukan lahir karena hasil kasih sayang. Kasih sayng yang berlebihan cenderung merupakan pemanjaan. Pemanjaan anak berakibat kurang baik, karena umumnya anak yang dimanjakan menjadi anak yang sombong, pemboros, tidak shaleh, dan tidak menghormati orang tua.
  
4.      Kemesraan
       Kemesraan berasal dari kata dasar “mesra” yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih yang telah mendalam. Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai kasus kemesraan. Kemesraan dapat membangkitkan daya kreativitas manusia untuk menciptakan atau menikmati seni budaya, seni sastra, seni music, seni tari, dan seni lukis.
       Filsuf rusia, Salovjev dalam bukunya “MAKNA KASIH” mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar keluar dari cinta diri. Ia mulai hidup untuk orang lain”. Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah ‘Romeo dan Juliet”. Bila di Indonesia kisah Rara Mendut Pranacitra.
Yose Ortega Y. Gasset dalam novelnya “On Love” mengatakan “ di kedalaman sanubarinya seorang pecinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan obyek cintanya. Persatuan bersifat kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya.
       Selanjutnya Yose mengatakan, bahwa si pecinta tidaklah akan kehilangan pribadinya akan diperkaya, dan dibebaskan. Cinta yang demikian merupakan pintu bagi seseorang untuk mengenal dirinya.

5.      Pemujaan
       Pemujaan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini, karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai, dan makna kehidupan yang sebenarnya. Manusia cinta kepada tuhan, karena Tuhan sungguh maha pengasih dan Maha Penyayang. Kecintaan manusia itu dimanifestasikan dalam bentuk pemujaan atau sembahyang.
A.    Cara pemujaan
Dalam kehidupan manusia terdapat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi, dan situasi, sembahyang di rumah, di masjid, di gereja, di pura, di candi bahkan di tempat-tempat yang dianggap keramat merupakan perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari orang menyatakan”Tuhan telah menggariskan”. Itu semua pertanda orang mengakui kebesaran Tuhan. Oleh Karena itu, pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikas dengan Tuhannya. Hal itu berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala kekurangan yang ada padanya.
B.    Tempat pemujaan
Masjid, gereja, candi, pura merupakan tempat manusia berkomunikasi dengan Tuhannya. Di tempat-tempat itu dianggap Tuhan “berada”, karena itu orang islam menamakan masjid “rumah Allah”, maka wajarlah tempat_tempat itu dibuat sebagus mungkin, sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan karena tempat itu dianggap suci, maka tidaklah pantas dan tidak wajar bila tempat-tempat itu dipergunakan untuk segala keperluan, kecuali keperluan untuk membesarkan nama Tuhan. Kebanggaan adalah kepuasaan batinnya akan memaksimalkan cintanya, pengabdiaannya kepada Tuhan apabila masyarakat berhasil membangun tempat memuja, tempat manusia berkomunikasi dengan Tuhan atau yang dianggap Tuhan sebesar dan seindah mungkin. 
C.    Berbagai seni sebagai manifestasi pemujaan
Pengertian kreativitas ialah mencipta. Pemujaan terhadap tuhan pada hakikatnya merupakan manifestasi cinta kepada Tuhan. Cinta membangkitkan daya kreativitas, pengertian daya kreativitas adalah mencipta, menemukan, berkarya, mencari bentuk-bentuk yang dapat mewujudkan hubungan yang misterius. Dalam mencari bentuk-bentuk ini pemujaan dapat berupa: sembahyang sebagai media berkomunikasi membangun tempat beribadah yang sebaik dan seindah mungkin, mencipta lagu, puisi, novel, dan film.

6.      Belas Kasian  
     Dalam surat Yohanes dijelaskan ada 3 macam cinta. Pertama, cinta agape ialah cinta  manusia kepada Tuhan yang diterangkan pada kegiatan belajar. Kedua, cinta philia ialah cinta kepada orang tua dan saudara. Dan ketiga, cinta eros/amor ialah cinta antara pria dan wanita. Bada antara cinta eros dan amor ini ialah cinta eros karena kodrati sebagai laki-laki dan perempuan, sedangkan cinta amor karena unsur-unsur yang yang sulit dinalar, misalnya gadis normal yang cantik mencintai dan mau menikahi seorang pemuda yang kerdil. Di samping itu masih ada cinta lagi yaitu cinta terhadap sesama. Cinta terhadap sesama merupakan perpaduan antara cinta agepe dan cinta philia. Cinta terhadap sesame ini diberikan istilah “belas kasihan” untuk membedakan antara cinta kepada orang tua, pria wanita, cinta kepada Tuhan. Masih ada cinta lagi yaitu cinta kepada bangsa dan tanah air, tetapi dalam hal selanjutnya hanya dibicarakan mengenai cita kepada sesama
      Dalam cinta sesama ini dipergunakan istilah belas kasihan, karena cinta di sini bukan karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaan. Penderitaan ini mengandung arti yang luas. Mungkin tua , tua dan sakit-sakitan, yatim piatu, dan penyakit yang dideritanya.
            Dari surat Al-Qalam ayat 4 maka manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain, karena belas kasihan adalah perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi sangat dipujikan oleh Allah SWT.
            Perbuatan atau sifat yang menaruh belas kasihan adalah orang yang berakhlak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelaskasihan. Misalnya sanggupkah ia menggugah potensi belas kasihannya itu. Bila orang itu tergugah hatinyamaka berarti orang itu berbudi dan terpujilah oleh Allah SWT.

7.      Manusia dan cinta kasih
      “Hidup tanpa cinta itu kosong”. Cinta amat penting dalam kehidupan manusia. Belumlah sempurna hidup seseorang jika di dalam hidupnya tidak pernah dihampiri atau dihinggapi perasaan cinta. Karena hidup manusia di dunia ini tidak hanya seorang diri, melainkan selalu melibatkan pihak lain, dengan istilah “cinta” tersebut haruslah diartikan baik “mencintai” maupun “dicintai” pihak lain yang dimaksud bukan hanya orang lain, melainkan juga benda-benda atau makhluk lain.
Karena cinta itulah kehidupan ini ada. Bukankah manusia melakukan sesuatu karena dorongan perasaan cinta tersebut? Bukan hanya manusia, bahkan binatang-binatang pun sesungguhnya berbuat sesuatu karena dorongan perasaan cinta. Hanya bedanya, manusia berbuat karena kesadaran atau akalnya, sedangkan binatang karena nalurinya. Pada hakikatnya cintalah yang terdapat pada asal mula dari hidup, sekurang-kurangnya rasa cinta akan diri sendiri yang pernah dikatakan oleh Prof. Dr. Louis Leahy SJ (Louis Leahy : 1984 )
Yang pertama disebut cinta tanpa pamrih atau cinta sejati. Yang kedua disebut cinta nafsu atau cinta pamrih. Oleh Prof. Dr. Louis Leahy SJ, cinta tanpa pamrih disebut cinta kebaikan hati sedangkan cinta nafsu disebut cinta utilitaris atau yang bermanfaat, artinya untuk kepentingan diri sendiri. Biasa disebut dengan cinta karena ada udang di balik batu.
 Perasaan antar sesama, hendaknya perasaan cinta yang berangkat dari dasar rasa “tepa selira”. Dengan cara menempatkan diri kita pada diri orang lain. Dengan demikian kita akan merasa satu dengan orang yang kita cintai. Namun kesatuan yang terjadi bukanlah kesatuan yang “simbolik”. Bukan kesatuan yang bergantung dan saling menguntungkan. Juga bukan kesatuan yang bersifat “kepatuhan” kesatuan dalam cinta yang kita tumbuhkan haruslah yang tetap menjamin kepribadian dan individualitas masing-masing.
       Dalam cinta kasih atau cinta sejati tidak ada kehendak untuk memiliki, atau menguasai. Yang ada hanyalah rasa solidaritas, rasa senasibdan sepenanggungan dengan yang kita cintai dan tumbuh secara wajar serta bersifat sukarela. Cinta kasih sejati sedikit pun tidak ada hubungannya dengan kenikmatan atau keinginan ( Mary Lutyens 1969 ). Menurut Moh, Said cinta kasih atau cinta sejati tidak menimbulkan kewajiban, melainkan tanggung jawab ( Moh. Said Reksohadiprodjo, 1976 )
       Cinta kasih atau cinta sejati adalah rasa cinta yang tulus dan tidak memerlukan atau menuntut balas. Ia lebih banyak member daripada menerima.   

Sumber: Buku Ilmu Budaya Dasar
Drs. Djoko Widagdho, dkk. 

Rabu, 11 November 2015

Bab 3. Manusia dan Kesusasteraan

BAB 3
Manusia dan Kesusasteraan

A.    Pendekatan Kesusasteraan

Sastra berasal dari kata castra yang berarti tulisan. Dari makna asalnya sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, dan undang-undang. Sastra dalam arti khusus yang kita guakan dalam konteks kebudayaan adalah ekspresi gagasan dan perasaan manusia. Ilmu budaya dasar yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa inggris The Humanities. Istilah berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Sastra lebih mudah berkomunikasi karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat yang juga menggunakan bahasa adalah abstraksi

B.     Pengertian Sastra Menurut Para Ahli
1.      Mursal Esten (1978:9)
Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. Melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
2.      Semi (1988:8)
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahsa sebagai mediumnya
3.      Panuti Sudjiman (1986:68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai cirri keunggulan seperti keorisinilan, keartisikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya
4.      Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.

C.     Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Prosa
Istilah prosa banyak pandangannya. Terkadang disebut narrative fiction, prose fiction atau fiction saja. Istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa, dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
Dalam kesusasteraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
Prosa lama meliputi:
1.      Dongeng
2.      Hikayat
3.      Sejarah
4.      Epos
5.      Cerita pelipur lara
Prosa baru meliputi:
1.      Cerpen
2.      Novel
3.      Biografi
4.      Kisah
5.      Otobiografi
  
D.     Nilai-Nilai Dalam Prosa Fiksi
Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:
1.      Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalami sendiri peristiwa tersebut. Pembaca dapat mengembangkan imajinasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses
2.      Prosa fiksi memberikan informasi
Fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan dating atau kehidupan yang asing sama sekali
3.      Prosa fiksi memberikan warisan cultural
Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dan warisan budaya bangsa
4.      Prosa memberikan keseimbangan wawasan
Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.

Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua:
1.      Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki zamannya. Kebanyakan karya sastra Indonesia di zaman jepang yang dikelompokkan ke dalam kelompok ini.
2.      Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.

E.     Ilmu Budaya Dasar Yang Dihubungkan Dengan Puisi
Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan tuhan melalui media bahasa yang artisik/estetik yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya. Kepuitisan, keartisikan atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:
1.      Figura bahasa seperti gaya personifikasi (penjelmaan), metafora (kiasan), perbandingan, alegori (kiasaan), sehingga puisi menjadi segar dan menarik
2.      Kata-kata yang ambiguitas yaitu kata-kata yang bermakna ganda
3.      Kata-kata yang berjiwa yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup
4.      Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu
5.      Pengulangan

Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan ilmu budaya dasar adalah sebagai berikut:
1.      Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”. Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
2.      Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual
Dengan membaca puisi, mahasiswa dapat diajak untuk menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang
3.      Puisi dan keinsyafan sosial
Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Secara imajinatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang berupa:
1.      Penderitaan atas ketidakadilan
2.      Perjuangan untuk kekuasaan
3.      Konflik dengan sesamanya
4.      Pemberontakan kepada hukum tuhan

Puisi-puisi umumnya syarat akan nilai-nilai etika, estetika dan juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi-puisi adalah cinta kasih yang terdapat di dalamnya kasih sayang, cinta, kemesraan, dan renungan.        

Daftar Pustaka:
1.      Widoyo Nugroho, Ilmu Budaya Dasar, Jakarta. 1996
2.      Supartono W, Ilmu Budaya Dasar, Jakata. 2004

Selasa, 03 November 2015

BAB 2. Manusia dan Kebudayaan

BAB 2
Manusia dan Kebudayaan

1.      Pengertian kebudayaan dan peradaban

Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab), menurut bahasa latin  “Colere” yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, rasa, dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut.
Ahli antropologi merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Taylor yang menulis dalam bukunya yang terkenal “Primitive Culture” bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
      Definisi lain dikemukakan oleh R. Linton dalam buku “The Cultural background of personality” bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsure-unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu.
C. Kluckhohn dan W.H. Kelly merumuskan definisi kebudayaan sebagai hasil tanya jawab dengan ahli-ahli antropologi, ahli hokum, ahli psikologi, ahli sejarah, dan filsafat yang berbunyi bahwa kebudayaan adalah pola untuk hidup yang tercipta dalam sejarah, yang explicit, implisit, rasional, irrasional, yang terdapat pada setiap waktu sebagai pedoman-pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia. Disamping definisi-definisi tersebut masih banyak definisi yang dikemukakan oleh para sarjana Indonesia seperti:
 1. Sutan Takdir Alisyahbana: kebudayaan adalah mainfestasi dari suatu bangsa.
 2. Dr, Moh. Hatta                 : kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.
 3. Mangunsarkoro                 : kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia
     dalam arti yang seluas-luasnya.
4.  Haji Agus Salim               : kebudayaan adalah persatuan istilah budi dan daya menjadi   makna sejiwa dan tidak dapat dipisahkan.
5.  Dawson dalam bukunya “Age of the Gods” : kebudayaan adalah cara hidup bersama
6.  Drs. Sidi Gazalba      : kebudayaan adalah cara berpikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu.     
     Hasil budaya manusia dapat kita bagi menjadi 2 macam:                       
1.   Kebudayaan material (lahir) yaitu kebudayaan yang berwujud kebendaan, misalnya: rumah, gedung, alat-alat senjata, mesin-mesin, dan pakaian.
2.   Kebudayaan immaterial (spiritual/batin) yaitu kebudayaan, adat istiadat. Bahasa, dan ilmu pengetahuan.

Kebudayaan dan Peradaban
Peradaban berasal arti kata adab yang artinya kesopanan, kehormatan, budi bahasa, dan etika. Menurut ahli antropologi De Haan peradaban adalah seluruh kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan ilmu teknik. Jadi kebudayaan adalah lapisan atas sedangkan peradaban adalah lapisan bawah. 

2.      Wujud Kebudayaan dan Unsur-unsurnya
Prof. Dr. Koentjoroningrat menguraikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstral, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalamalam pikiran manusia. Banyak tersimpan dalam arsip kartu komputer, dan pita computer. Gagasan manusia ini banyak yang hidup dan member jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu sistem, disebut system budaya atau adat istiadat.
Wujud kedua adalah sistem sosial, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. System sosial ini terdiri dari aktifitas manusia yang berinteraksi satu dengan lainnya dari waktu ke waktu dan bersifat konkrit sehingga bias diobservasi, difoto, dan didokumentir.
Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik, yaitu  seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bias diraba, difoto, dan dilihat.
Unsur kebudayaan yang bersifat universal dapat kita sebut sebagai isi pokok tiap kebudayaan di dunia ini, ialah:
1.      Perlengkapan hidup manusia sehari-hari seperti: pakaian, perumahan, alat rumah tangga, dan senjata.
2.      System mata pencaharian seperti: pertanian, peternakan, dan sistem produksi.
3.      System kemasyarakatan seperti: kekerabatan, sistem perkawinan, dan sistem warisan.
4.      Bahasa sebagai media komunikasi baik lisan ataupun tertulis.
5.      Ilmu pengetahuan
6.      Kesenian misalnya seni suara, seni rupa, dan seni gerak
7.      System religi
3.       Hubugan antara manusia, masyarakat, dan kebudayaan
1.  Hubungan manusia dengan masyarakat
Hidup bermasyarakat adalah rukun bagi manusia agar benar-benar dapat mengembangkan budayanya dan mencapai kebudayaannya.
2.  Hubungan manusia dengan kebudayaan
     Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi, yaitu:
-    Manusia sebagai makhluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi
-    Manusia sebagai makhluk sosio budaya, manusia dipelajari dalam antropologi budaya.
3.  Hubungan masyarakat dengan kebudayaan
     Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat, dan eksistensi masyarakat itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya kebudayaan.
4.  Hubungan manusia, masyarakat, dan kebudayaan
Merupakan satu kesatuan yang tidak dapat lagi dipisahkan dalam artinya yang utuh. Karena ketiga unsur inilah kehidupan makhluk sosial berlangsung. 
    
4.      Masalah kebudayaan soal kehidupan  
Dipandang dari ilmu hayat, Huxley menyimpulkan perbedaan itu dalam pokok-pokok:
1.  Manusia mempunyai otak sempurna, yang memberi kemungkinan untuk berpikir, bicara, belajar, dan menggunakan alat-alat.
2.  Manusia satu-satunya makhluk yang tegak lurus
3.  Manusia satu-satunya makhluk yang memerlukan masa pertumbuhan yang lama.
4.  Jumlah embrio pada manusia kebanyakan Satu.
5.  Manusia tidak mempunyai rambut penutup badan.

5.      Pengaruh barat dan kebudayaan nasional
Kedatangan bangsa eropa yang semula untuk perdagangan kemudian berubah menjadi penjajahan. Pertengahan abad 20 sejumlah pemuda Indonesia sudah berhasil menghirup ilmu modern barat itu melalui sistem pendidikan belanda, dari berbagai jurusan ilmu. Disamping itu mereka juga memperkenalkan huruf dan tulisan latin yang merpakan unsure penting bagi terbuka lebarnya komunikasi budaya internasional. System demokrasi barat telah mempercepat bangsa kita untuk menggalang solidaitas masyarakat, terutama sesudah lepas dari penjajahan, untuk menyusun sistem sosial dan organisasi pemerintah yang sesuai dengan tuntutan jaman. Penguasaan bahasa eropa oleh bangsa kita memperluas hubungan kita dengan dunia internasional dan sekaligus membuka kesempatan untuk ambil alih ilmu dan teknologi modern.
Kebudayaan nasional Indonesia
Dari medan diskusipara budayawan tersebut dapat ditarik dua pendapat yaitu:
1.                  Kebudayaan nasional adalah berupa puncak dari budaya suku-suku yang menghuni bumi                     nusantara ini
2.                  Kebudayaan nasional adalah hasil sintesa dari berbaga jenis budaya suku tersebut, yang                       membentuk pola baru.
      Unsur-unsur budaya yang mengandung kesamaan kebudayaan dan bias diterima secara umum,           diantaranya:
1.      Pancasila. Adalah falsafah Negara republic Indonesia yang sudah diterima oleh seluruh rakyat dan menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia. Keampuhan pancasila sebagai alat pemersatu bangsa telah dibuktikan melalui cobaan-cobaan berat baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri sendiri:
-    Dari dalam negeri misalnya peristiwa madiun (pemberontakan PKI di Madiun thn 1948)
-    Pemberontakan dari luar negeri misalnya agresi Belanda 1 (1947) dan agresi belanda 2 (1948)
-    PRRI (1956) dan Permesta (1957), dan pemberontakan G30S/PKI thn 1965.
                             
2.      UUD 1945. Adalah landasan konstitusional yang berpijak buat melangkah dan mengarungi samudera kehidupan bangsa Indonesia. Sifat UUD 1945 adalah mengikat semua pihak agar tidak bias berbuat semau sendiri, semua pemerintah, lembaga-lembaga Negara, dan seluruh warga Negara Indonesia.
3.      Sumpah pemuda 28 oktober 1928. Bertujuan untuk mempersatukan pemuda pemudi Indonesia yang terdiri dari berbagai suku dan tersebar di berbagai pulau nusantara.
4.      Bendera merah putih, lagu Indonesia raya dan lambing garuda. Ketiga hasil budaya ini telah ikut dimantapkan kehadirannya di bumi nusantara pada konggres pemuda tersebut.
5.      Bahasa Indonesia. Merupakan produk bangsa Indonesia yang mampu menghimpun Indonesia berasal dari induk bahasa melayu yang termasuk induk bahasa Austronesia.
6.      Kepercayaan kepada roh nenek moyang. Adalah ciri khas bangsa Indonesia yang tetap jaya, tak tergoyahkan oleh topan budaya asing manapun yang melandanya.
7.      Sikap ramah dan gotong royong. Adalah sikap tindakan khas bangsa Indonesia yang terkenal di dunia internasional. Sebagian besar suku-suku di Indonesia bersikap ramah dengan ekspresi senyum, ingin menolong, dan menyenangkan orang lain.
8.      Modernisasi dan pembangunan. Adalah ide dan tindakan pemerintah serta rakyat Indonesia sebagai awaban atas keterbelakangan yang melanda masyarakat.
6.      Kebudayaan dan agama
Agama tidak dapat dimasukkan ke dalam lingkungan kebudayaan selama manusia berpendapat bahwa tuhan tak dapat dimasukkan ke dalam hasil cipta manusia. Agama dapat diistilahkan dengan “agama budaya” seperti animisme, dinamisme, naturalisme (serba alam), spiritualisme (serba arwah), agama kong hucu, dan agama sinto . Agama islam sebagi sumber kebudayaan meliputi segala persoalan hidup dan kehidupan, di antaranya:
             1.      Dasar-dasar kepercayaan dan ideology
             2.      Hikmah dan filsafat
             3.      Budi pekerti, kesenian, dan kesusasteraan
             4.      Sejarah umat dan biografi nabi-nabi
             5.      Undang-undang masyarakat
             6.      Kenegaraan dan pemerintahan
             7.      Kemiliteran dan undang-undang perang
             8.      Hukum perdata
             9.      Hukum pidana
            10.  Undang-undang alam dan tabiat
               
                                                                                                         Sumber: Buku ilmu budaya dasar. Drs. Joko Tri Prasetya, Dkk