Selasa, 24 November 2015

Bab 5. Manusia dan Keindahan

Manusia dan Keindahan

1.      Pengertian keindahan
Keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, dan molek. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam semesta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu kapan, dimana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan. Keindahan identik dengan kebenaran. Keduanya mempunyai nilai yang sama; abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Keindahan bersifat universal.
Sejak abad ke-18 pun pengertian keindahan ini telah digumuli oleh para filsuf. Keindahan dapat dibedakan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Menurut luasnya keindahan dibedakan atas tiga pengertian, yakni keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni dan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan. Keindahan dalam arti luas mengandung ide kebaikan, watak, hukum, pikiran, dan pendapat. Keindahan dalam arti estetik disebutnya “symetria”, jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.
Nilai estetik berarti nilai kebenaran (worth) atau kebaikan (goodness). Nilai estetik sesuatu adalah semata-mata realita psikologik yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat pada jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai ini ada yang obyektif. Ada lagi nilai perseorangan dengan nilai kemasyarakatan. Penggolongan yang lebih penting ialah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik. Nilai ekstrinsik dipandang dari bendanya, sedangkan nilai intrinsik dari isinya.
Ciri-ciri keindahan menyangkut kualitas hakiki dari segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keseimbangan (balance), keselarasan (harmoni), kesetangkupan (symmetry), dan pertentangan (contrast). Dari ciri-ciri itu diambil kesimpulan, bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan pertentangan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Definisi keindahan sangat luas, karena itu dalam estetika modern orang lebih suka berbicara tentang seni dan estetika, karena hal itu merupakan gejala konkrit yang dapat ditelaah dengan pengalaman secara empiric dan penguraian sistematik.


2.      Makna keindahan
Sekedar penguat konstatasi di atas, baik juga dilihat beberapa persepsi tentang keindahan berikut ini:
1. Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat (Tolstoy)
2. Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain/ dengan keseluruhan itu sendiri atau beauty is an order of parts in their manual relations and in their relation to the whole (Baumgarten)
3. Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan itu belum indah. Keindahan harus dapat memupuk perasaan moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bias dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral (Sulzer)
4.  Keindahan dapat terlepasnsama sekali dari kebaikan (Winchelmann)
5.  Yang indah yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahanitu dapat disamakan dengan kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah yang baik (Shaftesbury)
6.  Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume)
7.  Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis)
8.  Keindahan itu bias dilihat dari dua segi, yaitu segi yang subyektif, dan obuektif. Dari segi  subyektif keindahan dikatakan sebagai sesuatu yang tanpa harus direnungkan ataupun disangkut-pautkan dengan kegunaan praktis sudah bias mendapatkan rasa senang pada diri penghayat; sebagai keserasian yang dikandung obyek sejauh obyek tersebut tidak ditinjau dari segi gunanya.

Pengelompokan yang bias kita buat sebagai berikut:
1.  Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau landasannya
Dalam hal ini ada dua pengertian keindahan, Yang pertama, yaitu keindahan yang obyektif adalah keindahan yang memang ada pada obyeknya sementara kita sebagai pengamat harus menerima sebagaimana mestinya. Sedang yang kedua, yang disebut keindahan subyektif; adalah keindahan yang biasanya ditinjau dar segi subyek yang melihat dan menghayatinya. Di sini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri sipenikmat dan penghayat (subyek) tanpa dicampuri keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan pribadi si penghayat.
2.  Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasar pada cakupannya.
Bertitik tolak dari landasan ini kita bias membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang memang indah. Perbedaan semacam ini lebih tampak, misalnya dalam penggunaan bahasa inggris yang mengenalnya istilah beauty untuk keindahan yang pertama, dan istilah The Beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu benda atau hal-hal tertentu yang memang indah.
3. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas sempitnya.
pengelopokan ini kita bias membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari pemikiran Plato, yang menyebut adanya watak yang indah dan hokum yang indah; Aristoteles yang melihat keindahan sebagai ssesuatu yang baik dan juga menyenangkan; Plotinus yang berbicara tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah atau bias juga disimak dari apa yang biasa dibicarakan oleh orang-orang Yunani Kuna tentang buah pikiran yang indah. Secara demikian, keindahan dalam arti luas ini mencakup baik keindahan, seni, alam, moral, atau bahkan intelektual.

 3.  Renungan   
Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu/memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung. Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain berbeda, meskipun obyek yang direnungkan sama, lebih pula apabila obyek renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkan itu bergantung kepada obyek dan subyek.
Penalaran adalah proses berpikir yang logic dan analitik. Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengertahuan yang benar. Berpikir logik menunjuk pola berpikir secra luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logic ditinjau dar suatu logika tertentu. Maka ada kemungkinan suatu pemikiran yang logic akan menjadi tidak logic bila ditinjau dari sudut logika yang lain. Analisis adalah kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu, sehingga pengetahuan yang diperoleh disebut pengetahuan tidak langsung.
Pemikiran kefilsafatan mempunyai tiga macam cirri, yaitu:
1. Menyeluruh artinya pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral seni dan tujuan hidup.
2. Mendasar artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (ke luar gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap bidang keilmuan.
3. Spekulatif artinya hasil pemikiran yang di dapat dijadikan dasar untuk pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudnkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
Metafisika adalah cabang filsafat yang paling umum, mendasar dan kritik spekulatif.

4.      Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi, serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai, atau benar. Kata cocok sesuai atau mengandung unsure pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang. Perpaduan misalnya orang berpakaian antara kulit dan warnanya yang dipakai cocok. Sebaliknya orang hitam memakai warna hijau, tentu makin hitam. Warna hijau pantas dipakai orang berkulit kuning. Keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita/pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal; kualita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance), dan pertentangan (contrast).
Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Kerena itu sebagian ahli piker sependapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang paling sering disebut kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance). Dan pertentangan (contrast).

5.      Kehalusan
Kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), dan beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopananatau keadaban. Halus bagi manusia itu sendiri ialah berupa sikap, yakni sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut dalam menghadapi orang. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam roman muka, dan lembut dalam sikap anggota badan lainnya. Halus itu berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas.
Sikap halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama. Sebab itu orang yang melakukan sikap halus atau lembut biasanya suka memperhatikan kepentingan orang lain, dan suka menolong orang lain. Sikap lembut merupakan bentuk perwujudan pula dari sifat-sifat ramah, sopan, dan sederhana dalam pergaulan.
Sikap halus juga dimiliki orang yang bersikap rendah hati. Karena orang yang bersikap rendah hati orang yang halus tutur bahasanya, sopan tingkah lakunya, tidak sombong, dan tidak membedakan pangkat dan derajat dalam pergaulan. Kehalusan atau kelembutan atau sebaliknya kekasaran itu yang menilai orang lain, orang yang dihadapi atau orang yang menyaksikan. Sudah tentu yang dinilai gerak laku, roman muka, dan tutur bahasanya. Anggota badan yang melahirkan sikap kehalusan itu ialah kaki, tangan, kepala, mulut, bibir, mata, dan bahu. Selain itu roman muka, perkataan, pemilihan kata, penyusunan kalimat dan irama bahasa juga dapat dinilai halus dan tidaknya. Bagian rohaniah yang melahirkan sikap ialah: kemauan, perasaan, dan pikiran atau karsa, rasa, dan cipta. Tiga unsur rohaniah ini saling berkaitan, memengaruhi, dan mewujudkan tingkah laku, tutur bahasa, perbuatan yang semuanya itu dapat dinilai kehalusan atau kekasarannya.
Prinsip-prinsip hidup kekeluargaan harus didasarkan kepada cinta kasih, keadilan, kejujuran, setia atau loyal, tertib, disiplin, berkorban, dan bagi orang tua perlu adanya satu komando dan kesatuan sikap. Pergaulan yang didasarkan pada prinsip itu tentu akan melahirkan kehalusan dalam pergaulan.

6.      Manusia dan Keindahan
Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dimiliki oleh makhluk lain. Oleh akan dan budi manusia memilik kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda. Keindahan yang bersifat jasmani dimaksudkan ialah keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan” bati manusia.
Keindahan subyektif sangat bergantung kepada selera perorangan, karena memang sangat relative. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi bagi masing-masing individu. Jadi sangat relative, artinya sebuah benda sangat bermanfaat bagi seseorang, namun bagi orang lain tidak berguna, bahkan mungkin sangat tidak disenangi.
    
Sumber: Buku Ilmu Budaya Dasar
Drs. Djoko Widagdho, Dkk



Tidak ada komentar:

Posting Komentar